Uda Yun Itu Tinggi dan Dalam Ilmunya

×

Uda Yun Itu Tinggi dan Dalam Ilmunya

Bagikan berita
Foto Uda Yun Itu Tinggi dan Dalam Ilmunya
Foto Uda Yun Itu Tinggi dan Dalam Ilmunya

Catatan Musriadi Musanif(Wartawan Utama)

YOGYAKARTA—Kabar duka berhembus dari Yogyakarta, menyelusup hingga ke pelosok negeri, hingga menyelimuti Ranah Minang. Seorang ulama yang dicintai umat Islam di berbagai kawasan di dunia dan kebanggaan Sumatera Barat, menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (2/1/2020) sekira pukul 23.47 WIB.“Inna lillah wa inna ilaihi raji’un. Kita kehilangan ulama besar dan intelektual teladan. Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., salah seorang Pimpinan Pusat Muhammadiyah dipanggil Allah menghadap-Nya di usia 64 tahun, saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarya. Beliau juga dikenal selaku Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI),” kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar, Shofwan Karim Elhussaini, kepada Singgalang Jumat (3/1/2020), dari Yogyakarta.

Shofwan hadir mengikuti prosesi penyelenggaraan jenazah Yuhanar, yang dimakamkan di Pemakaman Muslim Karangkajen Yogyakarta. Sebelum diberangkatkan ke pemakaman, jenazah almarhum dilepas dari Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro 23 Yogya dan dishalatkan di Masjid Gedhe Kauman.Disebutkan, umat Islam dan warga Muhammadiyah di Indonesia tidak saja berduka, tetapi juga merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Beliau, tegas Shofwan, satu dari sedikit ulama besar dari Minangkabau saat ini yang memiliki kiprah nasional dan internasinal.

“Beliau tinggi dan dalam ilmu agamanya, berdasarkan Alquran dan Sunnah yang amat sinkron dengan tantangan zaman. Tidak pernah dihujat, tetapi tegas dan teguh pendirian menurut keyakinan dan ilmunya. Beliau disegani ulama manapun, meski berbeda pandangan,” jelasnya.Buya Yunahar yang juga akrab disapa Uda Un itu, lahir di Bukitttinggi pada 22 September 1956, secara resmi ia dicatat menjadi anggota Muhammadiyah sejak 1986. Lika-likunya dalam mengurus umat dan Persyarikatan Muhammadiyah terbilang amat panjang, hingga dipercaya menjadi ketua pimpinan pusat organisasi yang didirikan KH. Amad Dahlan pada 1912 itu.

Pendidikan dasar diselesaikannya di SD Negeri 1 Taluak, dekat Kota Bukittinggi (1968), PGAN 4 Tahun Bukittinggi (1972), PGAN 6 Tahun Padang (1974), Sarjana Muda IAIN Imam Bonjol (1978), Licence (Lc) dari Universitas Ibnu Su’ud Riyadh (1983), Sarjana IAIN Imam Bonjol (1984), Magister Agama Islam (S2) IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1996), Doktor IAIN Sunan Kalijaga (2004).Selama bermuhammadiyah, pernah menjabat sebagai ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode 2000-2005, dan pada periode 2005-2010 menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah. Di luar Muhammadiyah, tercatat sebagai salah satu unsur ketua di Majelis Ulama Indonesia Pusat. Sehari-hari, bekerja sebagai dosen/guru besar di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sejak 1987.

Berbicara soal sosok Buya Yun, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjelaskan, suatu ketika, usai menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, beliau didaulat berceramah di mushalla komplek kantor PP Muhammadiyah, usai melaksakan Shalat Zuhur.“Tubuh boleh sakit, tapi sebagai dai, dakwah tidak boleh berhenti. Harus tetap menyeru, mengajak, dan menemani umat harus tetap jalan,” kata Buya Yun, sebagaimana ditirukan Haedar.

Padahal waktu itu, tuturnya, beliau baru saja usai menjalani pemeriksaan setelah sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit. Sebagai seorang ulama, Haedar menyatakan, penguasaan ilmu beliau mendalam, khususnya dalam bidang tafsir, tabligh dan gaya komunikasi yang sederhana, sehingga mudah dicerna umat."Saya telah lama berkawan dan berinteraksi secara intens dengan Prof Yunahar. Sejak tahun 1980-an. Banyak teladan yang baik yang dapat diambil dari beliau. Penguasaan ilmu agama yang mendalam khususnya  di bidang tafsir, kepiawaian dalam bertabligh yang mudah dicerna umat, ramah dan mudah bersahabat, serta kehati-hatian dalam bersikap sehingga seksama dan bijaksana," kenang Haedar.

Yunahar memang sosok gigih dalam berdakwah. Beliau kerap memberi ceramah tentang Islam di Jerman, Inggris, Amerika, Jepang, Taiwan, dan beberapa negara Timur Tengah serta Asia Tenggara. Kalau di dalam negeri, ratusan kota dan kabupaten sudah dikunjunginya untuk bertabligh, baik dalam kapasitasnya sebagai pimpinan Muhammadiyah maupun MUI.Beliau sudah aktif berorganisasi sejak kuliah sebagai ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, lalu merintis karir di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai ketua Pimpinan Cabang IMM Kota Padang (1977-1979) dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Sumatera Barat (1978-1979).

Di Muhammadiyah menjabat sebagai wakil ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode (1995-2000), Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode (2000-2005), ketua PP Muhammadiyah sejak periode (2005-2010) sampai (2015-2020), dan karena kepakarannya beliau diangkat menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 2005 sampai 2015, serta menjadi Wakil Ketua Umum MUI Pusat (2015-2020).Bukan hanya bertabligh, Buya Yunahar juga menuangkan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan. Banyak karya almarhum yang dijadikan rujukan bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, diantaranya adalah Kuliah Aqidah Islam, Kuliah Akhlaq, Tafsir Tematis Cakrawala Al Qur’an.

Feminis dalam kajian Tafsir Al Qur’an Klasik dan Kontemporer, Akhlaq Masyarakat Islam, Konstruksi Pemikiran Gender dalam Pemikiran Mufasir, Kisah Para Rasul yang diterbitkan berkala di Majalah Suara Muhammadiyah, Kesetaraan Gender dalam Al Qur’an, Studi Pemikiran Para Mufasir, dan Tipologi Manusia dalam Al Qur’an.Kini, lelaki putra pasangan H. Ilyas (meninggal 1995) dan Hj. Syamsidar (meninggal 1988) itu sudah menghadap Yang Maha Kuasa. Beliau meninggalkan istri bernama Hj. Liswarni Syahrial dan empat putra-putri; Syamila Azhariya Nahar, Faiza Husnayeni Nahar, Muhammad Hasnan Nahar, dan Ihda Rufaida Nahar.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini