Uni Jus; Ibu dan Istri tanpa Reserve

×

Uni Jus; Ibu dan Istri tanpa Reserve

Bagikan berita
Foto Uni Jus; Ibu dan Istri tanpa Reserve
Foto Uni Jus; Ibu dan Istri tanpa Reserve

Oleh H. Basril DjabarHajjah Djoesna binti Mahmoed, telah tiada, beliau dimakamkan di Memorial Park, Bandung. Almarhumah yang lahir di Bukittinggi pada 27 Juli 1932 itu, adalah sosok yang punya dunia nan lapang, seperti juga almarhum Rustam Anwar, suaminya. Bagi saya suami-istri ini merupakan sahabat, sekaligus kakak. Kami berkonco amat intens dan lama. Tak hanya saya, tapi juga Nazif Basir, AA Navis, Chairul Harun, Abrar Yusra, Zaidin Bakry, Hamid Djabbar, Musral Esten, Wisran Hadi, BHR Tanjung, Nasrul Siddik, Yusaf Rahman, Ibenzani Usman, M Yusfik Helmi serta sederetan panjang nama seniman dan budayawan Sumatera Barat lainnya. Semua nama ini telah tiada. Yang masih hidup misalnya Makmur Hendrik, Mustafa Ibrahim, Alwi Karmena dan lainnya.

Almarhumah Uni Jus, demikian kami menyapanya, adalah perempuan Minangkabau sejati, mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan tak pernah mengeluh .Jika ada masalah, ia rengkuh saja ke dadanya, sendirian, tanpa harus bercerita kepada orang lain di luar rumah tangganya.Tentu saja saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama Uda Rustam Anwar, anak pengusaha sukses, Anwar St Saidi salah seorang abuan saudagar bukittinggi , pendiri bank Bank Nasional Bukittinggi itu. Walau begitu, dimana ada Uda Rustam, di sana ada Uni Jus. Sering para "pendekar" budaya ini main ke ruangan kerja saya di Singgalang, Uni Jus tak mau masuk.

"Urang gilo se di dalam, marokok, lah bantuak kobaran api sajo , bia ambo di lua se jo si Ros," katanya. Yang ia maksud si Ros, adalah almarhum istri saya, Rosdiaty.Melihat bagaimana Uni Djoes , maka lihat dulu bagaimana Uda Rustam. Pria yang pengusaha, budayawan dan dermawan ini, adalah tokoh terkemuka Minangkabau yang baik hati. Hartanya habis untuk menolong orang banyak, bukan masalah. Siapa saja yang datang minta bantuan, dikenal atau tidak, pasti dia bantu. Acara kebudayaan atau pertunjukkan, Uda Rustam pasti ikut menyumbang.

"Bara ado piti Jus? Agiah-an lu, beko ado se rasaki wak," kata dia enteng. Apakah sang istri protes. Sama-sekali tidak, ia setia dan percaya sama Rustam Anwar, sepenuhnya, tanpa reserve. Tokoh ini pada 1968 dan 1969 banyak membantu kelancaran penerbitan Mingguan Singgalang, via NV percetakan nusantara di Bukittinggi.Pasangan Rustam dan Djoesna tinggal di sebuah rumah di Parak Karambia Padang. Rumah yang asri dengan sebuah piano rancak di ruang tamu. Uni Jus sering memainkan alat musik ini. Kawan-kawan seniman dan budayawan suka berkumpul di sini, sembari berdiskusi. Dari diskusi itu lahir-lahir ide pengembangan kebudayaan dan pertunjukkan. Ada dua hal yang saya ingat. Pertama pagelaran Tari Api, karya Huriah Adam dan kedua Resital Piano, dipadu dalam satu acara di Aula Don Bosco Taman Melati . Setahu saya, inilah konser atau resital piano termeriah yang pernah digelar di Sumatera Barat. Itu semua, atas dorongan dan prakarsa Uda Rustam dan Uni Jus.

"Bas lai bisa jua tiket?" kata Uda Rustam pada saya. Waktu itu terjual oleh saya 150 tiket kepada para pengusaha.Bisa bayangkan, acara tari Huriah Adam? Bisa bayangkan permainan piano? Acara yang sangat hebat, sehingga para pengusaha yang datang selalu bertanya pada saya, "kapan lagi acara seperti ini dilaksanakan?"

Tapi, acara semacam itu putus sudah, tak ada lagi. Antara lain karena koreografer Huriah Adam meninggal dunia pada 10 November 1971, tatkala pesawat Merpati yang dia tumpangi jatuh di laut Katang-katang dekat Pesisir Selatan.Kini Uni Jus telah pergi, terpaut cukup lama setelah kepergian suaminya yang bos Hotel Minang tersebut. Saya yakin kakek-nenek ini pergi dengan bahagia, sebab selain anak-anaknya sukses, cucupun semua sukses. Anak-anaknya Ir Anida Krisstini, MSi, Emil Demitra, Widya Faghritza, Ssn dan Ir Riri Amalas Yulita MM. Salah seorang cucunya, Assattari Lagu ciptaannya jadi salah satu soundtrack film animasi game Ghost Parade. Jika saya dan kawan-kawan dan satu dua generasi di bawah saya kehilangan pasangan Uda Rustam dan Uni Jus, maka generasi baru, semoga menemukan penggantinya. Uni Jus yang baik, setahu saya merupakan seniman kuat yang tabah dan penuh senyum. Saya tak pernah melihat dia, tak tersenyum , bertemu orang. Dia wanita yang sempurna sebagai salah satu contoh, betapa ia mendampingi suami, mendidik anak-anak dengan cara yang sangat unik. Selamat jalan uni , teruslah ke surga. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini