[caption id="attachment_50000" align="alignnone" width="650"] Wartawan Piaman bergotong royong membuat rumah untuk keluarga miskin Asnimar di Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia Timur, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak, Padang Pariaman, Sabtu (25/2). (tomi syamsuar)[/caption]PARIK MALINTANG - Asnimar (36) pagi itu, Sabtu (25/2) sumringah. Rasa senang dan bahagia tak bisa ia dan anak-anaknya sembunyikan saat menyambut kedatangan belasan wartawan yang akan melaksanakan gotong royong membuatkan rumah
sederhana untuk dia.Asnimar adalah keluarga miskin yang beralamat di Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia Timur, Kecamatan VII Koto, Padang Pariaman. Kisah hidup janda beranak tujuh yang sehari-hari bekerja memulung barang bekas itu sempat jadi berita heboh di Piaman dan viral di media sosial.
"Iyo apak ka mambuek an rumah untuak wak. Batang karambia lah ditabang, kayu e lah banyak, kasiak lah dibali e dek amak wak. Wak sato lo karajo beko ciek nyeh pak," teriak Muhammad Jamil (8) salah seorang anak Asnimar sembari menggandeng tangan seorang wartawan menuju gubuk reotnya.Tanya anak kecil itu hanya dijawab dengan senyum kecut Kawan wartawan. "Iyo, kawan-kawan apak ko kamari untuak mambuek rumah awak. Kalau rumah e lah siap, nanti awak ndak buliah lalok di terpal lai," jawab kawan wartawan itu.
Jawaban wartawan tersebut disambut teriakan oleh M. Jamil anak keempat Asnimar. "Horeee, awak punyo rumah, awak punyo rumah," sembari berlarian menuju saudaranya yang lain yang saat itu sedang berkumpul bermain di depan tenda terpal yang merupakan rumah mereka.
Gotong RoyongPagi terus merangkak menjelang siang. Terik mentari cukup menyengat memanggang kulit. Sebelum memulai gotong royong, rombongan watawan diberitahu Asnimar, sebelum memulai pekerjaan membangun rumah, dia dan keluarga akan ada ritual sedikit.
Ritual itu namanya mendarahi rumah. Seekor ayam jantan gagah disembelih, darahnya lalu diserakan ke sekeliling rencana pondasirumah. Setelah itu disiramkan pula air ramuan limau, kembang yang dicampur berbagai tanaman lainnya juga ke sekeliling rencana pondasi rumah.Pagi saat datang, memang terlihat sejumlah ibu-ibu membawa bakul berisi nasi kunyit, carano berisi sirih dan sejumlah buah tanaman dan diletakan di atas sebuah tikar di lokasi pembangunan rumah Asnimar. Ritual itu bentuk rasa syukur, karena ada keluarga yang akan mendirikan rumah.Usai acara ritual, sejumlah wartawan sambil berseloroh langsung berjibaku bekerja mengangkat kayu dan sebagian menggali tanah di
tengah kebun kelapa untuk pondasi rumah. Sebagian ada yang sibuk mengangkat pasir untuk diaduk dengan semen.Sebuah mobil pikap diesel yang dikemudikan seorang wartawan lainnya, datang membawa sejumlah bahan material bangunan. Di dalamnya ada semen, papan, gerobak, cangkul, sekop, alat pertukangan dan paku. Mobil lalu merambah rerumputan, menyeruak di sela-sela pohon kelapa.
Tanpa komando, sejumlah wartawan yang tadinya sedang sibuk bekerja, bergegas menuju mobil dan bergantian memindahkan bahan material bangunan yang ada di bak mobil ke lokasi bangunan rumah. Selesai, mereka kembali ke pekerjaan semula menaggali tanah, mengangkat pasir dan mengangkat kayu.Setengah hari bergotong royong, pekerjaan mengumpulkan bahan material bangunan, termasuk mengangkat kayu dan menggali pondasi rumah selesai. Peluh wartawan bercucuran. Tengah hari mereka istirahat, shalat dan makan. "Sambia bagara-garah, salasai juga pekerjaan awak, ndak," kata seorang teman.
Usai istirahat siang, gotong royong dilanjutkan, kayu-kayu kelapa yang tadi diangkat dan disusun rapi, oleh salah seorang teman yangberprofesi sebagai tukang, sudah selesai diukur, diolah dan dibentuk. Tinggal merangkaikan balok kayu menjadi satu.
Editor : Eriandi, S.Sos