Wartawan Menolong, Memburu

×

Wartawan Menolong, Memburu

Bagikan berita
Foto Wartawan Menolong, Memburu
Foto Wartawan Menolong, Memburu

[caption id="attachment_50350" align="alignnone" width="720"]Beginilah suasana di posko bencana Limapuluh KOta saat wartawan membuat berita. (donal) Beginilah suasana di posko bencana Limapuluh Kota saat wartawan membuat berita. (donal)[/caption]BERKUBANG sampai ke pangkal paha, karena kaki terbenam lumpur. Maag kambuh karena telat makan. Kepala sakit berdenyut-denyut karena kena hujan. Redaktur di kantor terus menanyakan berita terkini. Malam telah larut, tapi belum juga bisa tidur. Pagi lekas pula bangun. Istri atau pacar nynyir pula menelepon.

Ini kisah tak penting dari puluhan wartawan peliput bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Limapuluh Kota sejak Jumat (3/3) lalu. Mereka berjibaku dengan cara berbeda, mengabarkan kepada dunia.Begitulah banjir dan longsor yang menghantam Limapuluh Kota, mendatangkan banyak cerita. Tidak hanya bagi masyarakat yang merasakan langsung akibatnya, bagi wartawan yang meliput tidak sedikit pula cerita yang didapat.

Media yang datang meliput bencana itu, tidak hanya lokal. Banyak juga yang datang dari luar daerah. Tidak hanya media cetak, media elektronik lokal sampai nasional serta online berdatangan ke Limapuluh Kota. Pasukan peliput itu, meski sudah teragenda masih saja tidak nyaman.Di dalam tugas itu, banyak saja yang mengganggu. Tiap sebentar ada saja yang menelepon. Liputan di daerah bencana, mendatangkan rasa khawatir. Tidak terkecuali bagi si belahan hati. Untuk yang satu ini, jangan ditanya. Kalau lah Tek Baya yang menelpon, harus segera diangkat. Kalau tidak alamat kiamat dunia dibuatnya.

Salah satu kontributor televisi nasional contohnya. Tiap sebentar mendapat telepon. Disangka telepon itu datang dari kantornya di Jakarta. Tak tahunya Tek Bayanya."Ya beginilah kalau jauh dari keluarga. Badan disini pangana di rumah. Tapi mau bagaimana lagi. Ini tugas mulia yang harus dilakukan," ujar Donal, kontributor tvOne itu, kepada Singgalang Rabu (8/3).

Hal yang sama tidak hanya terjadi pada Donal saja. Hampir semua wartawan yang meliput bencana di Limapuluh Kota mengalami nasib yang sama. Baik yang sudah berkeluarga, maupun yang masih single."Barusan yayang menelpon. Biasa, menanyakan keadaan apa baik-baik saja. Karena dari berita di televisi, keadaan daerah ini terlihat sangat parah," kata Mardi reporter LKBN Antara.

Menurutnya, meski sedang bertugas namun pacarnya tetap bermanja-manja."Saat seperti ini yang paling susah. Pecah konsentrasi dibuatnya. Sudah dibilang sedang mengetik berita. Tetap saja si dia bermanja-manja. Bisa-bisa berita ini tak sudah saya buat," tambahnya.

Tidak hanya itu, liputan di daerah bencana itu harus siap fisik dan mental. Bahkan kejadian lucu juga sering terjadi. Hal itu dialami fotografer LKBN Antara Arif Pribadi.Saat mengambil gambar evakuasi korban longsor, yang bersangkutan terpiruk ke dalam lumpur. Lumpur itu lumayan dalam. Untuk keluar dari lumpur itu memerlukan waktu yang agak lama, karena kawan-kawan wartawan yang lain sibuk mengambil momen proses evakuasi itu.

"Itu Pak Coy (panggilan akrab Arif Pribadi), sampai ke kolornya berlunau. Karena tidak melihat situasi di sekeliling. Untuk.mencari terompanya yang terbenam di lunau saja perlu waktu sejam. Akhirnya terompa bertali banyak itu ketemu juga," kata Andri Mardiansyah, fotografer portal berita Covesia. (bule)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini