Yusrizal KW, Sang Motivator 'Generasi Emas Purus'

×

Yusrizal KW, Sang Motivator 'Generasi Emas Purus'

Bagikan berita
Foto Yusrizal KW, Sang Motivator 'Generasi Emas Purus'
Foto Yusrizal KW, Sang Motivator 'Generasi Emas Purus'

[caption id="attachment_38767" align="alignnone" width="650"]Yusrizal KW Yusrizal KW[/caption]DI KALANGAN seniman dan budayawan, Yusrizal KW sudah terkenal.  Selain itu, ia juga seorang jurnalis. Tapi, kini bertambah satu lagi gelar diberikan kepadanya, sang motivator 'generasi emas Purus'.

Yusrizal KW menceritakan perjuangannya bersama Syuhendri yang berusaha menciptakan generasi emas di kalangan anak-anak Pantai Purus, Kota Padang.

Salah satunya dengan mendirikan Ruang Baca 'Tanah Ombak'. Sebuah upaya yang digagas untuk menjadikan komunitas atau ruang baca sebagai basis perubahan sosial dengan membaca, bermain dan menulis serta berkesenian.Di sanalah, Yusrizal KW dan Syuhendri mengajak anak-anak pantai tepatnya di kawasan Purus gemar membaca tanpa menghilangkan dunia anak-anaknya yakni bermain. Selain itu, di sana duo sahabat itu pun mengasah bakat dan minat anak-anak hobby melukis dan berkesenian.

"Ruang baca tersebut lahir berawal dari keprihatinan berkurangnya budaya membaca bagi kalangan anak muda. Akhirnya, lahirlah taman bacaan dan kreativitas bagi anak-anak Purus III, khusus Gang IV mulanya. Kini anak-anak dari Purus II dan IV tercatat 40 sampai 60 anak dan remaja.Di Tanah Ombak mereka diarahkan pada empat hal, belajar, membaca, melejitkan potensi sesuai bakat serta

kemandirian," jelas Yusrizal KW didampingi Syuhendri. Ia menceritakan, lebih separoh anak-anak tergabung dalam Tanah Ombak yatim atau piatu. Banyak di antaranya secara ekonomi susah,  sehingga ini salah satu penyebab anak-anak mereka putus sekolah.

"Nama Tanah Ombak dikutip dari novel Abrar Yusra untuk arti dan makna yang berbeda. Setidaknya ini juga bentuk penghargaan kepada Abrar. Makna tanah ombak adalah tanah perjuangan dari Purus yang semangatnya dinamis dan tak akan berhenti selagi ombak masih berdebur," ceritanya.Lebih lanjut diceritakannya, jikalau dahulu, anak-anak tanah ombak (pantai) yang pada awal berdirinya suka "bacaruik", suka kekerasan (cakak), kini sudah hampir tak ada. Bahkan prestasi anak-anak mulai membaik di sekolah. Di 'Tanah Ombak' mereka dimotivasi rajin baca. Baru boleh masuk ke kegiatan lain seperti teater, musik dan lukis.

"Dulu di Purus ini, negatif saja di kepala orang lain. Kini sejak Tanah Ombak ada, kami siapkan dengan sebutan generasi emas Purus," katanya.Berkat kerja keras keduanya, anak-anak Tanah Ombak bisa berbangga, karena telah meraih juara 1 Gramedia Reading Community Competition 2016 Regional Sumatera. Hadiah dan penghargaan tersebut  diperolehnya, setelah berkompetisi dengan 815 peserta seluruh Indonesia.

"Saya tawarkan dalam esai dan persentasi lomba tersebut, tentang persoalan sosial, kemiskinan kaum pinggiran, termasuk pendidikan. Persoalan pendidikan bisa disiasati pemerintah mewadahi dan men-suport komunitas, diiringi dengan ruang baca di lingkungan objek untuk perubahan," lanjut KW.Tanah Ombak sudah mencobanya. Kini anak-anak mulai santun, orangtua mulai bisa menerima orang-orang luar,

cenderung terbuka dan ramah. "Artinya kita harus layani mereka dengan edukasi yang humanis," jelasnya.(lenggo)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini