Terkait Pasar Ateh, Asraferi Sabri Tulis Surat Terbuka untuk Presiden RI

×

Terkait Pasar Ateh, Asraferi Sabri Tulis Surat Terbuka untuk Presiden RI

Bagikan berita
Foto Terkait Pasar Ateh, Asraferi Sabri Tulis Surat Terbuka untuk Presiden RI
Foto Terkait Pasar Ateh, Asraferi Sabri Tulis Surat Terbuka untuk Presiden RI

Lahan Pasar Atas Eks. Pusat Pertokoan Pasar Atas Bukittinggi yang terbakar 30 Oktober 2017, yang terletak di Kelurahan Aua Tajungkang Tangah Sawah (ATTS), Kecamatan Guguak Panjang Bukittinggi tersebut berada di bawah Hak Ulayat Adat secara kolektif sebagai lahan/tanah milik bersama Serikat 40 Nagari Luhak Agam.Dalam adat Minangkabau, harta adat termasuk dalam bagian hak asal usul atau hak tradisional nagari, yang diakui dan dihormati UUD 1945. Pada pasal 18B ayat 2 UUD 1945 (amandemen 4), yang berbunyi; 

"Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang."Kesatuan masyarakat hukum adat Minangkabau sampai saat ini tetap hidup. Di mana Adat Minangkabau memiliki aturan, dan ketetapan berkaitan kehidupan bermasyarakat. Semuanya diatur dengan Undang Adat Minangkabau, yang sifatnya permanen dan turun-temurun. Salah satu ketentuan berkaitan dengan harta berlandaskan Hukum Adat yang ketetapannya diatur dalam Undang Adat Minangkabau, baik berupa harta kolektif, harta pusaka bersama, aktivitas kolektif (bersama) masyarakat adat, yang dapat diterang-jelaskan sebagai berikut:

PERTAMA: Pada tahun 1403 M atau 804 H, niniak mamak Minangkabau inti (Minangkabau al-Bittah) yakni Luhak Tanahdata, Luhak Agam dan Luhak 50 Koto (dikenal dengan Luhak nan Tigo) bermusyawarah dan melahirkan kesepakatan kolektif tentang Undang Adat Minangkabau. Dalam kesepakatan itu juga ditetapkan falsafah Minangkabau: 'Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah' yang dikenal dengan Sumpah Satie Marapalam. KEDUA: Pengaturan dan kesepakatan tentang perekonomian juga ditetapkan dalam Sumpah Satie Marapalam sebagai menyempurnakan aktivitas ekonomi masyarakat dalam bentuk PAKAN (Pasa atau Pasar, tempat bertemunya penjual dengan pembeli barang atau transaksi jual-beli) di Minangkabau. Keberadaan atau pembangunan PAKAN atau Pasar diatur secara adat karena ditetapkan melalui musyawarah niniak-mamak pemangku adat. 

Niniak Mamak di Luhak Agam, juga di Minangkabau, bermusyawarah menyepakati untuk membuat Pakan, Pasa atau Pasar di nagari-nagari. Begitu juga di Luhak Agam. Sampai sekarang, penamaan nama Pakan dan nama Nagari banyak yang identik, misalnya Pakan Sinayan, Pakan Silasa, Pakan Raba'a, Pakan Kamih, Pakan Akaik. Nama Pakan memakai nama hari, di mana pada hari tersebut pedagang menggelar dagangan. Ada juga Pakan (Pasar) yang tidak mamakai nama hari seperti Pakan Kurai di Gurun Panjang di Nagari Kurai; Pakan Ladang di Nagari Ampang Gadang; Pakan Biaro di Nagari Biaro. Selain menetapkan Pakan (Pasa, Pasar) di nagari, niniak mamak dari beberapa nagari juga bermusyawarah dan bersepakat mendirikan Pasar Serikat secara bersama beberapa nagari. Di Luhak Agam, Pasa Baso merupakan Pasar Serikat beberapa nagari di Baso, Pasa Lasi (bernama Pakan Silasa, Lasi) adalah Pasa Serikat beberapa Nagari di Canduang, Pasa Padanglua adalah Pasar Serikat beberapa nagari di Banuhampu dan pakan lainnya. 

Pasar Serikat milik nagari-nagari yang lebih besar juga didirikan di Padang Panjang (Luhak Tanah Datar) berdasarkan musyawarah masyarakat diwaliki niniak mamak X Koto dan Batipuah. Juga ada Pasar Serikat milik bersama nagari-nagari di Payakumbuh (Luhak 50 Koto), didirikan Pasar Serikat oleh Niniak Mamak Koto nan Ampek, dan Koto nan Gadang. Di Luhak Agam, niniak mamak pemangku adat 40 Nagari di Agam, melalui musyawarah bersepakat mendirikan Pasar Serikat milik nagari-nagari berlokasinya di Nagari Kurai yang merupakan salah satu nagari di antara 40 Nagari di Agam Tuo. Berdasarkan kesepakatan niniak mamak di Minangkabau, Pasar Serikat diatur dalam 'Syarikat Haq Ummat'. Pasar Nagari, Pasar Serikat beberapa nagari, dan Pasar Serikat banyak nagari (dalam cakupan Luhak) di Minangkabau secara langsung sebagai sarana ekonomi masyarakat. Manfaat lain Pasar adalah sebagai sumber pendapatan untuk pembangunan nagari, yang berasal dari penghasilan pasar yang dibagi ke nagari-nagari yang berserikat.  

KETIGA: Salah satu dari beberapa bukit di Nagari Kurai yakni 'Bukit Kubangan Kabau' dibangun jadi pasar secara bersama-sama oleh 40 Nagari di Luhak Agam. Nagari Kurai Limo Jorong adalah salah satu dari 40 Nagari yang berada di Luhak Agam. Kegiatan 'manaruko' (yakni bergotong-royong membuka lahan secara bersama-sama) dimulai pada pertengahan abad ke-18. Lahan yang dijadikan Pasar Serikat 40 Nagari Agam, sesuai undang adat Minangkabau: 'setiap jengkal tanah di Minang' ada yang punya. 

Tidak hanya lokasi untuk pasar dibuka, dibenahi, juga dibangun/dibuat berbagai ruas jalan besar untuk akses (jalan) menuju pasar di Bukik Kubangan Kabau dengan cara bergotong-royong masyarakat dari 40 Nagari Agam. Jalur jalan ke arah Pasar Serikat 40 Nagari dibuka/dibangun dari/ke arah Timur sehingga terbuka akses ke kawasan nagari-nagari Ampek Angkek, dari/ke Utara ke kawasan nagari-nagari Kamang, Tilatang Kamang, Magek, dari\ke Barat melalui Ngarai Sianok ke kawasan nagari-nagari Sianok, Koto Gadang, Ampek Koto dan sekitarnya serta ke Selatan ke kawasan nagari Sungaipua, dan ke arah Padang. 

Pasar Serikat 40 Nagari Luhak Agam yang terletak di Nagari Kurai (Pasar Atas Bukittinggi sekarang) dibangun bersama-sama oleh Nagari-Nagari yang ada di Luhak Agam, yakni: 1. Nagari Biaro, 2. Nagari Balaigurah, 3. Nagari Lambah, 4. Nagari Panampuang, 5. Nagari Kurai, 6. Nagari Canduang Koto Laweh, 7. Nagari Sariak, 8. Nagari Sungaipua, 9. Nagari Batagak, 10. Nagari Batu Palano, 11. Nagari Padang Laweh, 12. Nagari Sianok, 13. Nagari Koto Gadang, 14. Nagari Guguak,  15. Nagari Tabek Sarojo, 16. Nagari Kamang, 17. Nagari Magek, 18. Nagari Simarasok, 19. Nagari Tabek Panjang, 20. Nagari Padang Tarok, 21. Nagari Koto Tinggi, 22. Nagari Kapau, 23. Nagari Gaduik, 24. Nagari Koto Tangah, 25. Nagari Kubang Putiah, 26. Nagari Ladang Laweh, 27. Nagari Cingkariang, 28. Nagari Taluak IV Suku, 29. Nagari Padanglua, 30. Nagari Pakan Sinayan, 31. Nagari Ampang Gadang, 32. Nagari Batutaba, 33. Nagari Pasia, 34. Nagari Lasi, 35. Nagari Bukik Batabuah, 36. Nagari Koto Tuo, 37. Nagari Koto Panjang, 38. Nagari Balingka, 39. Nagari Malalak, 40. Nagari Sungai Landia.KEEMPAT: Pasar Serikat 40 Nagari Agam yang dibangun di Nagari Kurai dan kawasan sekitarnya, sudah ada jauh sebelum Bukittinggi menjadi kota. Artinya ketika itu masih berupa Nagari yakni Nagari Kurai. Juga sudah ada sebelum Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. 

Jika ditarik ke belakang, Kolonial Belanda baru masuk menjajah ke Luhak Agam sekitar tahun 1823. Kolonial Belanda menjadikan Nagari Kurai (kota Bukittinggi sekarang) sebagai basis dan membangun Benteng Fort de Kock, sebagai barak tentara Belanda tahun 1825.. Keberadaan Pasar Serikat 40 Nagari Agam dengan berbagai sarana dan fasilitas yang sederhana berada di Bukik Kubangan Kabau, Nagari Kurai, dikelola dengan membentuk Komite Pasar yang mewakili 40 Nagari yang berserikat. Sebelum memasuki abad ke-19, Pasar Serikat Agam tersebut sudah ramai sebagai sentral perdagangan hasil bumi di daratan tinggi pedalaman Minangkabau. 

Pada tahun 1784, tepatnya 22 Desember 1784, di Pasar Serikat tersebut berlangsung suatu musyawarah Niniak Mamak 40 Nagari Agam. Musyawarah memutuskan mengganti nama lokasi pasar dari 'Bukik Kubangan Kabau' menjadi 'Bukik nan Tatinggi'. Peristiwa itu dijadikan landasan historis oleh pemerintah (kota) sebagai titik bersejarah lahirnya nama Bukittinggi (dari bahasa Minang 'Bukik nan Tatinggi'). Tanggal 22 Desember 1784 sebagai hari lahir Bukittinggi ditetapkan dengan Surat Keputusan walikota Kepala Daerah Kota Bukittinggi No.  188.45-177-1988 tanggal 17 Desember 1988.KELIMA: Hasil Pasar Serikat Agam yang terletak di Nagari Kurai itu, setiap tahun dibagi kepada 40 Nagari di Luhak Agam yang berserikat. Untuk mengurus Pasar Serikat, niniak mamak mewakili 40 Nagari di Agam membentuk Pengurus Pasar, yang berkantor di sebelah Mesjid Raya Bukittinggi sekarang, terdapat bangunan kantor Pengurus Pasar Serikat Bukittinggi, di sebelahnya kantor Pasanggrahan Angku Palo/Wali Nagari dan pernah menjadi Kantor Walikota Administratif Bukittinggi setelah merdeka (Kantor KPU Bukittinggi sekarang, di depan Bioskop Gloria, tempat parkir motor saat ini).

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini