"Analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang diikuti dari Jakarta, Sabtu (8/10).
Dwikorita menjelaskan potensi terjadinya cuaca ekstrem ini atas hasil analisis dinamika atmosfer yang menunjukkan adanya sirkulasi siklonik. Sirkulasi siklonik ini membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan.
Selain itu, aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin.
"Interaksi fenomena itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan," kata dia.
Wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem hujan lebat disertai kilat dan angin kencang dapat terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.
Dwikorita juga menjelaskan bahwa dalam tiga hari ke depan, terdapat sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak hujan lebat dengan kategori siaga, atau berpotensi banjir.
Wilayah tersebut yakni sebagian wilayah Aceh, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tengah.
"Informasi lebih rinci hingga level kecamatan untuk potensi dampak hujan lebat dapat diakses di laman signature.bmkg.go.id," kata dia.
Ia meminta agar hasil analisis BMKG ini menjadi bentuk perhatian pemerintah daerah, pemangku kepentingan terkait, hingga masyarakat.
Pihak-pihak terkait harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan, melakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol.
Editor : Eriandi