Mobil yang saya tumpangi disambut tol dengan lembut. "Kita masuk tol Pak," kata sopir Ogel Azhar. Lima jam dari sekarang akan sampai di kota tujuan. Saya sedang jauh dari rumah.Bergerak dari kota Semarang J awa Tengah pada pagi menjelang siang, Kamis (24/11), saya hendak ke Malang, Jawa Timur, terpaut jauh, namun dekat jika melaju di jalan tol.
Lewat tol, lima jam termasuk istirahat 45 menit, putus Semarang-Malang. Non tol 12 jam.Kata Azhar, isi BBM Rp550 ribu, biaya masuk tol Rp430 ribu. Hampir satu juta. Jika non tol untuk 12 jam itu, harus beli BBM Rp1 juta. Podo. Tapi lewat tol, itu tadi, hemat waktu 7 jam.
Jarak dua kota ini 419 Km, hampir dua kali lipat Padang- Pekanbaru yang 255 Km. Lebih jauh dari Sungai Penuh ke Kota Jambi yang 397 Km.Sememtara itu, dikutip dari laman Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), ada 13 ruas jalan tol dari Jakarta ke Surabaya yang panjangnya mencapai 784,12 km. Waktu tempuh kata google map 21 jam 18 menit. Saya belum pernah coba, sebab menurut data lain hanya 10 jam.
Mobil yang saya tumpangi melaju di tol dalam kecepatan 100, 120, 140 bahkan saya lihat pernah 160 Km/jam. Gila.Mobil yang bersua memang agak jarang, kata sopir, jika sore sampai malam baru ramai. Malam itu pula, ternyata gelap, sebab lampu jalan belum ada. Kecuali di sebagian ruas.
Di rest area, segala tersedia. Lumayan bersih. Lapang. Banyak rest area di sepajang tol tersebut. Kiri-kanan. Saya menikmati makan siang yang enak. Murah.Masuk Malang, disambut hujan. Macet. Sudah lama sekali saya tak ke sini. Juga ke Batu. Di Malang ada acara Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) yang diadakan PWI pusat. Tentu saja saya ingat tragedi Arema Malang di Stadion Kunjuruhan, tapi saya tak ke sana.
Malang memang cantik. Kota kedua terbesar di Jatim setelah Surabaya. Atau terbesar ke-12 di Indonesia. Walikota pertamanya, E.K Broeveldt pada 1914. Luasnya 146 Km2Di sinilah berdiri Universitas Brawijaya yang terkenal itu, tempat kuliah banyak anak Minang. Salah satunya anak teman saya, Syaiful Husein yang wartawan Singgalang.Kota berpenduduk hampir 1 juta jiwa ini, dipenuhi kafe tempat nongkrong. Wisatawan bisa ke Batu yang terkenal dengan apelnya. Sejengkal saja dari sini. Saya tak kemana-mana hanya makan malam bersama kontingen Porwanas PWI Sumbar di Warung Ijen. Itupun tak semuanya, karena sebagian lainnya, lagi berlaga dan raun-raun entah kemana.Malam telah datang sedari tadi, saya agak capek 5 jam di atas mobil walau itu jalan tol. Sekarang masuk tol lagi menuju Surabaya. Tak lama benar, sekitar 90 menit saja, terpotong sekitar setengahnya.
Suatu hari kelak saya akan naik mobil pula di jalan tol Sumbar. Jika ada dua hal: pertama umur masih panjang. Kedua ketika umur panjang itu, tolnya sudah siap.(*)
Editor : Eriandi