PADANG - Di tengah polemik penolakan wacana pembangunan hotel di kawasan Taman Budaya Padang (Gedung Kebudayaan), Anggota DPRD Sumbar, Nofrizon justru menyetujuinya.Hanya saja dengan catatan, hotel tersebut dipastikan menyediakan ruang pertunjukkan dan galeri untuk para seniman secara terus menerus dan gratis.
"Ini akan menjadi perkawinan antara unsur perhotelan dan seni budaya, hasilnya adalah potensi wisata dan perkembangan seniman itu sendiri," ujar Nofrizon saat menggelar pertemuan dengan sejumlah wartawan, Jumat (6/1) di gedung dewan.Nofrizon menjelaskan di hotel tersebut harus disediakan ruang tempat penampilan seni dan pertunjukan yang representif. Targetnya adalah para wisatawan, turis, pejabat, pengusaha, semua unsur datang membeli tiket dan menonton pertunjukan karya seniman.
"Ibarat mereka nonton ke biskop. Di hotel ini harus disediakan ruang seni pertunjukan permanen yang sama nyaman seperti biskop kelas atas. Dengan begini seniman juga untung," ujarnya.Selain itu juga disediakan ruang galeri khusus pada hotel tersebut yang juga ada secara permanen. Di sini dipamerkan dan dipasarkan karya-karya seniman, misalnya seperti lukisan, karya ukir, patung dan sebagainya.
"Para pengunjung hotel biasanya adalah orang-orang ekonomi mampu, mereka sangat berpotensi membeli karya seniman-seniman ini," ujarnya.Nofrizon mengatakan persetujuannya terhadap wacana pembangunan hotel tersebut adalah pendapat pribadi.
Pernyataan itu pun, tambah dia, bukan untuk maksud menyinggung atau menentang para seniman yang telah menyatakan penolakan."Saya hanya berusaha melihat secara utuh dan melihat potensi ke depan. Saya lihat justru seniman bisa diuntungkan. Tapi dengan catatan persyaratan tadi dipenuhi dan tak dilangggar pemerintah serta manajemen hotel," kata Nofrizon.
Dia mengatakan sejauh ini di Sumbar belum ada hotel yang memiliki ruang seperti itu. Sehingga potensinya berkembang bisa besar."Toh daya tarik Sumbar itu salah satunya kekayaan seni dan budaya. Contohnya saja di Bali tentu wisatawan mau lihat penampilan tari kecak. Di Sumbar tari piring, randai dan lain lain ini tersedia untuk dinikmati dengan nyaman," ujarnya.Nofrizon mengatakan persetujuan itu ia ambil setelah melihat gambaran secara utuh."Saya mengenyam sekolah seni. Menjadi anak angkat keluarga seniman, sejak muda banyak nerteman dengan seniman. Saya dulu juga akrab dengan aktivitas taman budaya, membantu memasarkan tiket pertunjukkan ke mana-mana," katanya.
Melalui pengalaman itu ia menilai tidak mudah bagi seniman di Indonesia ini, salah satunya Sumbar untuk bisa bergantung hidup sepenuhnya hanya dengan karya seni. Jika pun bisa hidup pun tidak bisa berlebih. Kecuali untuk satu dua seniman."Saya berharap kelas penampilan seni pertunjukan seni di Sumbar bisa naik tingkat. Penontonnya bukan hanya sesama pelaku seni atau pelajar mahasiswa seni. Tapi lintas penonton dari berbagai profesi, pekerjaan. Penonton yang berlimpah dari luar negeri. Dengan begini seniman bisa mencapai kelebihan ekonomi," katanya.
Nofrizon mengatakan memang wacana pembangunan hotel tersebut belum pernah didiskusikan pemprov pada DPRD dan belum pernah ada kesepakatan.Namun dia menilai perbedaan pendapat antara dirinya dengan sejumlah anggota dewan lain adalah wajar karena arah pemikiran orang berbeda-beda. Justru di situ keputusan terbaik bisa dicapai.
"Basilang kayu di tungku, disitu mangko api iduik, di sinan nasi mangko masak," ujarnya. (401)
Editor : Eriandi