PADANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar mengakui telah mengetahui adanya status level II Gunung Marapi sejak erupsi 2011 lalu.Sejak erupsi 2011 lalu, jalur pendakian memang tidak dibuka, namun karena banyaknya animo masyarakat terkait wisata khusus pendakian, BKSDA Sumbar membuka kembali jalur pendakian pada Juli 2023.
"Memang saat itu sudah dinyatakan level II (waspada) sejak erupsi 2011. Sejak itu tidak pernah ada status naik ataupun turun dari Gunung Marapi," kata Plh Kepala BKSDA Sumbar, Dian Indriati, kepada Singgalang, Selasa (5/12/2023).Dian mengatakan, pada saat membuka kembali jalur pendakian di Gunung Marapi, pihaknya telah melakukan konsultasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung. Dari konsultasi itu, memang seluruh gunung berapi yang ada di Indonesia berstatus level II (waspada).
"Termasuk Gunung Rinjani, Kerinci dan Bromo. Tapi mereka tetap membuka jalur pendakian. Darisitu kita juga membuka jalur pendakian di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi," ujar Dian.Dikatakan, pembukaan jalur pendakian di TWA Gunung Marapi ini, karena menangkap animo masyarakat yang besar. Dari sana, pihaknya melakukan koordinasi dengan pemda setempat, mulai dari dinas pariwisata, BPBD, dan beberapa stakeholder yang terkait.
"Untuk membuka kembali jalur pendakian ini kita juga undang walinagari dan kita adakan rapat disitu. Kita mengambil keputusan untuk membuka kembali pendakian Gunung Marapi," katanya.Dikatakannya, sejak Juli 2023 itu pihaknya kembali membuka jalur pendakian sekaligus melaunching booking online. Kenapa pihaknya melaunching booking online ini?. Karena memang ingin mengadakan pembatasan di sini.
"Jadi 24 Juli 2023 kita buka, reaktivasi Gunung Marapi tersebut, sekaligus launching booking online. Dari situ kita juga melihat bahwa tidak hanya masalah membuka saja, memberikan kesempatan terhadap animo masyarakat yang besar tetapi kita juga berkoordinasi dengan nagari nagari di sekitarnya," ujarnya.Dijelaskannya, saat pembukaan jalur pendakian di TWA Gunung Marapi ini, pihaknya membuka tiga pintu, yaitu, Aia Angek, Koto Baru dan Batu Palano. Dari situlah, harapanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
"Sebetulnya itu sih kita membuka kembali pendakian. Membuka kembali TWA Marapi ini sebagai wisata minat khusus pendakian," jelasnya.Dia juga mengatakan, dengan adanya dampak dibukanya kembali jalur pendakian di TWA Gunung Marapi, ini menjadi tanggungjawab bersama. Karena memang saat sebelum dibukanya kembali jalur pendakian di TWA Gunung Marapi, pihaknya sudah melakukan koordinasi dan rapat dengan stakeholder terkait, termasuk, dengan BMKG, dinas pariwisata, dan Badan Vulkanologi.Dari rapat itu, disampaikan, bahwa level II (waspada) adalah itu level memang diberikan kepada setiap gunung berapi. Artinya di gunung berapi lainpun berstatus yang sama, seperti, Rinjani, Bromo dan Kerinci, dan mereka tetap membuka jalur pendakian."Maka dari itu kita membuka ini tetap dengan menggunakn mitigasi dan adaptasi bencana," kata dia.
Seperti apa bentuk mitigasi dan adaptasi bencana yang diterapkan di TWA Gunung Marapi, Dian, mengatakan, pihaknya telah memasang rambu-rambu pendakian, kemudian pihaknya juga meminta dan menyusun SOP yang harus diikuti setiap pengunjung."Kemudian pendakian juga kita tetapkan hanya boleh dilakukan pada pagi hingga sore hari. Jadi sebetulnya kalau sesuai dengan SOP, pendakian itu dilakukan pada pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB, sudah harus dibawah," ujar dia.
Artinya apa, berarti mereka (pendaki) sebetulnya harus turun sekitar jam 12.00 WIB atau jam 13.00 WIB, sehingga jam 16.00 WIB sudah ada di bawah. "Itu sudah SOP kita. Artinya kita membuka tetapi dengan tetap mitigasi dan adaptasi bencana. Kemudian kita juga menetapkan menimal 3 orang per kelompok dan tidak boleh sendiri saat pendakian," jelasnya lagi.Dengan adanya booking online ini, pihaknya bisa membatasi pengunjung atau pendaki, dimana setiap harinya hanya boleh 100 orang di hari biasa dan 150 orang di hari libur. "Jadi kita tetap membuka tapi dengan mitigasi dan adaptasi bencana, itu sebagai bentuk bahwa kita tidak los begitu saja ya, maksudnya, kalau kita buka dan tidak buka pun, orang minat khusus, animo masyarakat bukan hanya dari Sumbar, tapi dari luar Sumbar, Riau terutama itu ya, banyak naik keatas," ungkapnya.
Ketika wartawan, menanyakan apakah dampak dari musibah ini murni kelalaian pendaki, Dian menjawab, pihaknya tidak menyatakan seperti itu, namun SOP sudah telah diterapkan, dimana ketika mereka melakukan pendaftaran melalui booking online, di sana sudah dijelaskan SOP yang diberlakukan selama pendakian."SOP dii pendakian kita adalah pendakian hanya dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Artinya apa, artinya itu setelah jam 16.00 WIB itu sudah harus dibawah. Darisitu kita bisa melihat apa sebetulnya yang harus dilakukan oleh para pendaki. Kalau saya mau menyalahkan nanti, atau mereka melanggar gitu kan, tidak etis. Karena memang sudah ada korban jiwa, nanti jadi berbeda lagi persepsinya kan," imbuhnya.
Editor : Eriandi