Khairul Jasmi
Tetiba saya teringat lagi Aneuk Yatim dari Rafy, yang merobek kantong air mata tatkala siaran tsunami di tv nasional 2004 silam. Saya ingat, karena sekarang berada di Masjid Baiturrahman nan gagah berwibawa.
Inilah Banda Aceh dan saya sedang di masjidnya.
Saya sampai di pelataran masjid ini, tatkala azan Magrib berkumandang, Ahad (19/5/2024).
Hujan turun tertahan-tahan, tatkala saya selesai berwudhuk dan menapaki pelataran masjid yang bermar-mar putih susu itu.
Masjid yang dibangun 1879 itu, memang gagah, melumpuhkan keangkuhan spritual saya. Di sekujur tubuh masjid dipautkan simbol agama, budaya dan nasionalisme rakyat Aceh yang tak tertirukan itu.Saya masuk dan tampaklah tiang-tiang bercat putih. Jumlahnya 280 tiang. Di depan ada sebuah mimbar besar dari kayu jati, untuk kutbah Jumat. Masjid ini, seperti dihindari oleh tsunami yang mengerikan tempo hari. Sejak itu masjid kian kokoh jadi landmark Banda Aceh.
Di dalam masjid terang benderang, jemaah banyak dah lumayan penuh. Adem. Tampak saja gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah dan dapat sentuhan Mughal.
Jika penuh dan dipakai pelataran yang berpayung seperti Masjid Nabawi itu, maka bisa muat 30 ribu jemaah.
Langit-langit tinggin dan semua bangunan ini dilengkapi 7 kubah dan 8 menara. Sangat ikonik.
Editor : yoserizal