Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

×

Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

Bagikan berita
Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti
Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

JAKARTA - Febby Dt Bangso dinyatakan berhak menyandang gelar Doktor Pariwisata oleh ketua penguji pada Sidang Terbuka Promosi Doktor Pariwisata di Kampus Institute Pariwisata Trisakti IKN Bintaro di bilangan Jakarta Selatan dan dinyatakan lulus dengan pujian.

Febby Dt Bangso memaparkan Disertasi yang berjudul Strategi Ketahanan Pariwisata pada Masa Krisis, Studi Adaptasi dan Berkelanjutan di Provinsi Bali.

Di hadapan penguji, Agus Riyanto selaku ketua penguji dengan anggota Prof Mirza dari Institute Pariwisata Trisakti, Prof Dr Ir Reni Maryeni Mp, Deputy Kajian Strategik Lemhanas RI, Prof Tafdil Husni dari Universitas Andalas, Mayjen Dr Jhoni Wijayanto dari Univesitas Pertahanan didampingi Promotor Prof Willy Arafah dan Co Promotor Dr Rahmad Ingkedijaya dan Ketua Prodi S3 SKSG UI Dr Margaretha Hanita Penulis Buku Ketahanan Nasional yang juga Ketua APTANNAS (Asosiasi Dosen dan Pengajar Ketahanan Nasioanal).

Febby Dt Bangso memaparkan bahwa ketahanan diuji saat kita menghadapi krisis, apakah kita mampu melewati krisis dan mampu untuk bangkit kembali dan kita juga harus mempelajari kerentanan kerentanan yang akan terjadi sehingga kita bisa menyiapkan strategi ketahanan pariwisata untuk menghadapi berbagai macam krisis yang pernah terjadi di Bali, seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis keamanan, krisis bencana dan krisis Kesehatan.

Lebih lanjut Febby Dt Bangso menyampaikan bahwa dari lima krisis tersebut, jika kita tidak mengantisipasi maka krisis itu akan melahirkan krisis baru di dunia pariwisata yakni krisis reputasi.

Krisis reputasi akan memberikan pengaruh dan dampak besar terhadap keberlangsungan pariwisata, jika Bali sebagai destinasi kita dianggap tidak aman dan tidak nyaman bagi wisatawan maka pariwisata kita akan lebih terpuruk lagi, pengalaman masa lalu tentang tragedi Bom Bali adalah preseden buruk dimana Febby Dt Bangso melihat adanya kegagalan fusi inteligent dimana bom bisa terjadi dua kali berturut-turut.

Febby juga menegaskan perlu antisipasi khusus terhadap kebijakan visa on arrival dengan mengidentifikasi wisatawan mancanegara yg datang ke Bali dan memprofiling siapa mereka untuk keamanan Bali saat ini sebab banyak orang asing yang datang ke Bali saat ini mengganggu keamanan dan kenyamanan di Bali.

FDB menyorot tentang keamanan dan kesehatan yang menjadi kata kunci rujukan UN Tourism, dan pembelajaran atas kejadian Bom Bali Satu dan Bom Bali Dua termasuk gangguan-gangguan lainnya seperti pembunuhan oleh WNA yang dilakukan terhadap wisatawan asing di Bali, pabrik narkoba oleh warga negara asing di Bali dan Bali dijadikan tempat pelarian atau persembunyian pelaku kejahatan internasional.

Disamping itu Febby Dt Bangso mengingatkan agar intelijen Indonesia harus difokuskan juga untuk kepentingan pariwisata jangan hanya untuk kepentingan politik dan keamanan tetapi bagaimana inteligent mampu membangun issue dan penguatan brand terhadap destinasi pariwisata di Indonesia.

"Kita melihat bagaimana intelijen Korea bekerja untuk kepentingan pariwisatanya, research market bahkan kulinernya menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia bahkan gerai makanan Korea itu sudah ada dari Aceh sampai Papua, belum lagi industri musik K-Pop yang menjadi daya tarik anak-anak Indonesia dan tontonan seperti drama Korea dengan latar belakang objek wisata yang ada di Korea menjadi referal bagi wisatawan nusantara menjadikan korea sebagai daerah tujuan wisata," ujarnya.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini