Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

×

Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

Bagikan berita
Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti
Febby Dt Bangso, Doktor Pariwisata Ke-10 dengan Disertasi Ketahanan Pariwisata di Trisakti

Febby Dt Bangso dalam penelitian ini menyempurnakan novelty yang disampaikan Holladay (2018) untuk membangun ketahanan dan keberlanjutan pariwisata perlu pemahaman interaksi sistem sosial, ekonomi, kelembagaan hingga variabel ekologi, menurut Febby Datuk Bangso pasca pendemi covid 19 dan krisis iklim serta extreame weather, perang Rusia Ukraina, dan kondisi kekinian apa yang disampaikan Holladay tidak cukup tetapi harus ditambahkan dengan budaya, geo politik dan issue global karena budaya yang menjadi pembedaan sekaligus menjadi daya tarik untuk ketahanan pariwisata, issue global dan geopolitik menjadi strategis untuk kemanan destinasi pariwisata.

Febby juga menjelaskan perlu pengukuran terhadap ketahanan destinasi, ketahanan industri tanpa mengabaikan ketahanan komunitas dan kearifan lokal untuk ketahanan pariwisata secara komprehensif.

Saat Krisis terjadi saat pendemi covid, dunia industri pariwisata dan destinasi pariwisata di Bali merasakan begitu dahsyatnya dampak yang terjadi dari sisi kegiatan aktivitas pariwisata sehingga mengganggu stabilitas ekonomi, ternyata cara pandang pelaku industri pariwisata tidak seluruhnya sama bagi masyarakat adat Bali.

Bagi masyarakat Bali, krisis dimaknai sebagai tri hita karana dimana semua kejadian krisis adalah bentuk keseimbangan untuk menjaga hubungan antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia dan Manusia dengan Alam dan bagi mereka semua krisis adalah astungkara, Memang Sudah Jalan-Nya dan orang Bali akan terus mengamalkan tri karya parisudha sebuah kearifan lokal sosial agar tetap berfikir yang benar (manacika), berkata yang benar (wacika) dan berbuat yang benar (kayika).

Nasionalisme adalah akar dari jawaban tentang Ketahanan Pariwisata yang mana meliputi industri dan destinasi dimana bagian terpenting adalah ketahanan komunitas masyarakat setempat agar industri dan destinasi bisa tetap bertahan dan berkelanjutan, pendekatan ketahanan pariwisata dengan antropologi pariwisata memberikan pandangan terhadap wawasan nusantara yang dianggap mampu menimbulkan rasa cinta tanah air dan kesetiakawanan sosial sehingga kitalah yang menjadi pondasi dasar kekuatan ketahanan pariwisata kita pada masa krisis.

Febby Dt Bangso dalam akhir paparannya menyampaikan perlu sosialisai oleh Kementrian Pariwisata kepada stakeholder bahwa PBB telah meratifikasi sejak tahun 2022 dan menetapkan 17 Februari sebagai hari Ketahanan Pariwisata Global. (*)

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini