SOLOK SELATAN - Dua anak Adam berstatus anak Yatim dan Yatim Piatu mendapat peluang emas untuk Mambangkik Batang Terandam keluarganya.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan di Jorong Kampung Palak, Nagari Pasir Talang Selatan, Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, tersembunyi sebuah kisah tentang perjuangan dan harapan anak yatim piatu.
Kisah ini adalah tentang Fitri Yurnida, dan Fathia Maulidina di Jorong yang sama, Fitri Yurnida anak Yatim. Piatu berhasil lulus kuliah dan bekerja di Jepang, sementara Fathia Maulidina anak Yatim kurang mampu ikut terpilih Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Negara Matahari Terbit itu selama enam bulan.
Untuk mendapat kesempatan bekerja di Jepang itu gampang gampang susah bahkan banyak yang tertipu oleh perusahaan nakal. Namun, perjuangan Fitri dan Fatiha belum berakhir. Anak Yatim piatu ini membutuhkan bantuan dana untuk mewujudkan mimpinya kepada dermawan.
Ketika Media ini menyambangi ke rumah kedua anak yatim itu di Jorong Kampung Palak, miris rasanya melihat kondisi keduanya, mereka dengan lugu berucap kepada Awak Media " Saya memang mau ke Jepang menambah ilmu dan merobah kehidupan pak, untuk membantu menyambung hidup adik adik Saya pak," sahutnya sambil melihat cucuran air matanya membasahi lantai.
Fitri Yurnida, putri dari almarhumah Desta Lora (Lora) dan cucu dari almarhumah Anisma (Ni Ani), kini sedang menjalani masa belajar di Padang selama tiga bulan. Gadis muda yang penuh semangat ini harus mengumpulkan dana sebesar Rp 50 juta untuk bisa berangkat ke Jepang, sementara Fatiha anak dari Hermanasyah dan Almh Tati membutuhkan dana untuk selama enam bulan kedepan sebesar Rp 20 juta.
Dengan segala keterbatasan yang ada, Fitri dan Fathia berusaha sekuat tenaga untuk menggapai cita-citanya."Pantang menyerah," mungkin itulah prinsip yang dipegang teguh oleh kedua putri terbaik Solok Selatan itu.
Di saat banyak orang seusianya menikmati masa muda dengan berbagai kemudahan, Fitri harus berjuang keras demi masa depannya. Ia tahu, kesempatan bekerja di Jepang bukan hanya tentang dirinya semata, melainkan juga tentang membawa harapan dan kebanggaan bagi keluarga dan kampung halamannya.
Fitri, dan Fathia yang dikenal oleh teman-teman dan tetangganya sebagai sosok yang gigih dan tekun, tidak pernah lelah berusaha. Namun, keduanya anak. adam itu menyadari bahwa untuk mencapai mimpinya, ia membutuhkan bantuan. "Pangalan singkek, pandayuang patah," sebuah pepatah Minangkabau yang menggambarkan betapa sulitnya keadaan yang harus dihadapi, menjadi gambaran perjuangan Fitri saat ini.Fitri tidak pernah berhenti bermimpi meski hidupnya dipenuhi dengan berbagai tantangan. Sejak kehilangan kedua orang tuanya, ia harus belajar mandiri dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, semangatnya untuk terus maju tidak pernah surut. Bekerja di Jepang menjadi impiannya karena ia tahu kesempatan ini bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarga yang ditinggalkannya.
Editor : Rahmat