Khairul Jasmi
Tak ada sampah di jalan, trotoar atau pelataran. Ada, namun daun-daun yang dijatuhkan angin. Selebihnya bagai di halaman rumah nenek yang rajin bersih-bersih.
Kebersihan hal utama di kota negara ini, sebagaimana Anda saksikan jika ke sana. Pada Jumat (2/8) saya yang tiba di situ. Terakhir entah berapa tahun silam ketika itu, seorang kawan didenda 200 dollar karena membawa rokok. Tertahanlah kami 4 jam. Ketika hendak membayar, dia tak ada kartu kredit, terpaksalah kawan lain yang bayar.
Jika di sini sampah kurang diurus dan merokok sebebas di kota kita, alamat akan berkabut-kabut tiap hari kota sebesar piring ini. Kebersihan memberi garansi pada penduduk dan pengunjung, atau untuk cerita di negara asal, seperti yang saya lakukan sekarang.
Menurut seorang pelayan restoran kepada saya, negara mereka bisa tak dikunjungi pelancong jika tidak bersih. Tak ada alasan, "gaji kecil anggaran tidak ada, masyarakat tidak sadar kebersihan." Itu cerita kita. Tapi, harap dicatat Singapura dikelola mirip seperti sebuah perusahaan, makanya disiplin bisa diterapkan."Singapura tantu iyo," mantun kata sebagian orang. Sejak doeloe saya sering mendengar alibi serupa, sejak PM yang sudah berhenti sekarang belum jadi PM. Tatkala ia berkunjung ke Sumbar 1996 bersama rombongan IMT-GT/IMS-GT.
Bisa jadi sebuah kota akan bersih tergantung pemimpinnya. Itu kaji ringkasnya. Sesungguhnya, tergantung warganya. Jika masih merasa berat membuang sampah pada tempatnya, maka takkan berangsur penyakit. Tapi kalau "pada tempatnya" itu ada namun, dibiarkan penuh dan membusuk, bagaimana pula? Berbelok-belok di situ terus kisah anak manusia di kota kita tentang sampah. Bahwa kebersihan sebagian dari iman, sepertinya itu soal lain pula. "Jangan menyalah-nyalahkan negeri sendiri juga," saya tuliskan benar di sini yang akan Anda katakan itu.
Ini, dekat saja, bukan "pergilah ke negeri China," 45 menit dari Batam. Saya jumpa banyak pelancong Indonesia di sana dekat titik "smoking area," dan mereka disiplin. Tegak lurus seperti tekad timses cakada. Tegak lurus untuk jaga kebersihan.
Sistem pengelolaan sampah Singapura sederhana saja, yang rumit penjelasannya, jika dibaca. Makin dijelaskan, makin sakit kepala, apalagi jika sudah di ranah ilmiah.
Editor : Bambang Sulistyo