Hangzhou, Inilah Kota Jack Ma yang Keren Itu

×

Hangzhou, Inilah Kota Jack Ma yang Keren Itu

Bagikan berita
Bersiap-siap naik bus menuju pabrik semen di China (foto werry)
Bersiap-siap naik bus menuju pabrik semen di China (foto werry)

Hangzhou diyakini sebagai kota terbesar di dunia dari 1180 hingga 1315 dan dari 1348 hingga 1358.

Kota ini pula yang dihantam amat keras oleh wabah Covid-19 sejak 2020 sampai berakhirnya penyakit dunia itu. Sekarang nyaris tidak ada yang pakai masker. Yang ada bercelana pendek hilir-mudik.

Sejak 1992 Hangzhou tumbuh menjadi kota industri, dan basis manufaktur China, apalagi sekarang. Tak dapat yang akan disebut. Kita masih ada yang anggap enteng China, ternyata sangat maju. Industrinya makin berkembang: obat-obatan, teknologi informasi, alat berat, komponen otomotif, peralatan listrik rumah tangga, elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, serat kimia dan pengolahan makanan.

Kota nan indah ini dikenal sebagai “kota sutra,” dan menjadi andalan wisata China. Tapi, saya dan rombongan tak bisa berwisata, maklum jadwal melihat pabrik-pabrik semen China, yang ketat. Melihat guna belajar bagaimana menerapkan teknologi yang smart, tenaga kerja yang ramping dan hasil yang maksimal. Lihat saja dulu, soal diterapkan atau tidak, urusan lain.

Mudah-mudahan kami bisa melihat dua masjid peninggalan pedagang dan pengelana Arab serta Mesir. Tapi tak berharap bersua Jack Ma. Dia anak pemusik dan pendongeng. Pada 2021 miliarder itu bikin gempar karena menghilang dari publik selama 2 bulan. Sama dengan Liziqi youtuber nomor satu di negeri tersebut, tak muncul-muncul lagi. Konten-kontennya tanpa suara tapi memperlihatkan dia bertani dan membuat kuliner. Semua tentang budaya tradisional Tiongkok. Ia berhenti membuat konten sejak 2021 padahal pengikutnya 19,8 juta. Konten-kontennya bisa ditonton 132 juta dan puluhan juta.

Jack Ma sudah jadi buku, anak miskin itu, mungkin punya perusahaan sendiri, yang khusus menghitung uangnya. Ia kini aktif di bidang pertanian dan makanan. Kalau sudah saya, apa saja bisa dibuat.

Ke pabrik semen

Saya telah selesai sarapan. Nikmat. Duduk di lobi mendengar seorang pria China menelepon dengan suara keras dan cepat. Lebih cepat dari suara Andy Lau kalau sedang marah-marah dalam film. Tak mengerti saya.

Pak Amir dan anaknya sudah muncul di lobi, tapi kawan-kawan dari Semen Padang dan Semen Indonesia, belum. Mungkin sedang sarapan. Prof Werry biasanya jalan pagi, tapi kali ini saya belum melihatnya, atau saya yang luput. Pak Arif, Dirut Semen Padang sejak kemarin bersiap-siap terus mau nonton bola SPFC. Peduli benar dia atas perkembangan sepakbola. Iskandar Lubis dan Boy Aditya, seperti saya sesekali lihat HP.

Sekarang pukul 8 pagi kurang, sebentar lagi kami akan ke sebuah pabrik semen. Ini akan melelahkan, tapi tak apalah, tugas mesti dikerjakan. Di China pabrik semen jumlahnya tak tanggung-tanggung. Pada 2022, ada 875 pabrik. Wajar sebab jumlah penduduknya saja lebih 1,4 miliar. Bayangkan berapa unit rumahnya. Belum lagi kota-kota yang dibangun, kawasan industri, jalan raya, jembatan, bandara dan entah apalagi. Kalau tak percaya tanya saja Pak Dahlan Iskan yang sering sekali ke Tiongkok. Entah benar, entah tidak, kata Bill Gates Tiongkok telah menggunakan 6,6 gigaton semen dalam tiga tahun terakhir dibandingkan dengan 4,5 gigaton yang digunakan AS dalam 100 tahun. Bandingkan 3 dan 100 tahun. Dilibasnya Amrik oleh China. Satu gigaton sama dengan 1 miliar metrik ton atau 1 triliun kg.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini