PADANG -Artificial Intelligence ( AI) membantu kita berkarya lebih inovatif, kreatif dan lebih cepat bekerja untuk menghasilkan karya seni yang bahkan bisa bernilai ekonomi dan melampaui karya seniman murni yang meraih hadiah Nobel.
Namun kita tetap harus menguasai teknologi agar tidak diperbudak teknologi. Karena itu, momen ini adalah momen kita mencatat sejarah dengan membentuk Forum KEAI pertama menjawab tantangan era artificial intelligence ini.
Demikian disampaikan Denny JA, selaku Founder KEAI yang juga Ketua Umum SATUPENA pada rapat Orientasi Kreator Artificial Intelligence, kemarin siang di Ruang Rapat BPK Wil III, Padang.
Rapat yang dilaksanakan secara hybrid , ini difasilitasi oleh BPK Wilayah III Sumatera Barat.
Selain Denny JA juga berbicara Elza Pedi Thaher, selaku ketua forum KEAI pusat dan Mila Muzakar, sekretaris KEAI.
Mereka bicara dengan memanfaatkan teknologi zoom meeting. Sementara narasumber yang lain Refdinal Muzan hadir langsung membagi ilmu tentang bagaimana cara kerja AI hingga menghasilkan karya seni.
Artificial Intelligence telah memasuki ruang- ruang kreatif kita. Banyak orang yang sudah canggih memahami dan mengaplikasikan teknologi untuk membantu kerja kreatifnya, tapi masih banyak yang belum tahu cara kerja teknologi digital ini.Karena itu Kreator Era AI berkolaborasi dengan SATU Pena Sumbar didukung oleh BPK Wil III Sumbar mengundang Refdinal Muzan, sastrawan Sumbar yang sedang getol2 nya berkarya dengan AI dan Elza Pedi Thaher, Koord Kreator Era Intelligence Pusat untuk membincang tentang budaya teknologi digital di tengah kita. Pada orientasi itu di bahas
apa itu KEAI, kenapa kita perlu, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya siapa yang akan terlibat di Sumbar.
Dari pertemuan selama dua jam telah dipahami bahwa Artificial intelligence tak bisa kita hindarkan tapi justru kita manfaatkan untuk kerja seni lebih produktif dan kreatif.
Editor : Rahmat