Bukan Ring Tinju

×

Bukan Ring Tinju

Bagikan berita
Bukan Ring Tinju
Bukan Ring Tinju

Debat Pilkada Jakarta tahun ini benar-benar sesuatu yang "spesial." Spesial dalam arti yang sangat ironis. Bagaimana mungkin sebuah ajang berjudul "debat" politik yang seharusnya dipenuhi dengan benturan gagasan dan visi ternyata berjalan seperti acara talkshow sore hari yang santai dan adem-ayem?

Sudah pasti kecewa kalau ada yang berharap di debat akan ada serangan tajam, adu argumen sengit, atau setidaknya sedikit percikan ide yang memantik gairah politik. Maaf, itu hanya harapan hampa, persis seperti judul lagu yang didendangkan M. Mashabi.

Ketiga pasangan calon —Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno— sepertinya sepakat bahwa debat bukanlah arena gladiator politik. Mungkin benar kata Ridwan Kamil, debat Pilkada bukanlah ring tinju.

Yah, memang tidak ada yang memukul, apalagi sampai KO. Malah sebaliknya, yang ada justru sesi debat ini lebih mirip acara reuni. Semua ramah, sopan, dan penuh senyum. Kira-kira, apakah moderator lupa memasukkan mic yang terhubung ke alat detak jantung? Karena tensi politiknya hampir sama dengan menonton kucing tidur.

Tentu saja, banyak yang bertanya-tanya: kenapa tidak ada yang berani menantang atau sekadar mengkritik gagasan lawan? Apakah ini strategi, atau semua calon sedang berlatih yoga politik?

Jawabannya mungkin lebih sederhana: karena mereka semua berasal dari kolam politik yang sama —Koalisi Indonesia Maju (KIM). PDIP memang belum masuk KIM, tapi tunggu saatnya tiba. Mau siapa pun yang menang, toh, ujung-ujungnya akan bekerja bersama dalam pemerintahan Prabowo-Gibran. Jadi, untuk apa memukul lawan kalau besok lusa akan bertemu di ruang rapat dan berbagi kopi?

Ah, oligarki. Tangan-tangan tak terlihat yang seringkali jauh lebih lihai dari para politisi itu sendiri. Dalam skenario politik Jakarta, tak ada tempat bagi pertempuran gladiator yang brutal, melainkan drama politik yang diatur serapih mungkin agar aman bagi semua aktor.

Dari awal, kita sudah tahu bahwa kandidat yang muncul di panggung Pilkada ini sudah dirancang sedemikian rupa. Anda masih ingat, ada paslon yang dibuat untuk menghindari kotak kosong. Sehingga jangan heran jika atmosfer yang kita rasakan lebih mirip piknik ketimbang perdebatan.

Bahkan, Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan dengan blak-blakan bahwa debat kali ini jelas "turun kasta." Di Pilkada 2017, kita disuguhi duel politik seru antara Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama, dan Agus Harimurti Yudhoyono.

Namun kali ini, seperti yang dikatakan Arifki, ketiga pasangan calon seolah bermain dalam sandiwara yang sudah diatur dengan baik. Tak ada petahana yang harus mempertahankan kebijakan, tak ada oposisi yang benar-benar serius menyerang, dan semua ini, tentu saja, berkat desain politik dari hulu yang sudah dirancang untuk menjaga keharmonisan.

Editor : Rahmat
Bagikan

Berita Terkait
Terkini