PADANG - Tantangan penyampaian informasi saat ini adalah bukan seberapa panjang kemampuan seseorang bisa menulis, tapi seberapa dahsyat seseorang bisa menulis pendek. Hal itu berlaku juga pada penyampaian informasi oleh sebuah instansi. Karena itu, jurnalis senior Yusrizal KW memperkenalkan konsep medsos jurnalisme yang menurutnya efektif digunakan oleh sebuah lembaga atau instansi untuk menyebarkan informasi.
Yusrizal KW saat menjadi nara sumber dalam kegiatan review konten program-program prioritas Kemendikbudristek dan review dokumen PPID yang diadakan Balai Besar Penjamin Mutu Pendidikan (BBPMP) Sumatera Barat, Jumat (11/10) di Basko Grand Hotel Padang mengatakan, sudah menjadi fakta saat ini bahwa media sosial lebih banyak digunakan masyarakat dalam mencari informasi dibanding media cetak maupun media online. Namun persoalannya, informasi di media sosial sering terbentur masalah akurasi sehingga kurang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Menyadari bahwa pembaca yang paling banyak saat ini adalah orang yang terkoneksi dengan media sosial, maka menurutnya, medsos jurnalisme dapat menjadi solusi untuk penyebaran informasi yang lebih efektif dan efisien.
“Masyarakat sekarang lebih banyak membuka media sosial seperti instagram, tiktok, dan YouTube. Bahkan, semua media-media mainstream termasuk media lokal sudah ada Instagramnya. Bangun tidur buka handphone, kadang yang dibuka pertama itu Tik Tok. Semua sudah berubah. Dunia baru berada di tangan,” katanya.
Konsep medsos jurnalisme yang diperkenalkan KW adalah kemasan berita dengan tetap menaati kaedah penulisan berita 5W 1H namun memanfaatkan platform media sosial. Meskipun medsos menuntut kecepatan, tapi prinsip akurasi tetap esensial sebagai produk jurnalistik. Dengan demikian, medsos kita akan bisa dipertanggungjawabkan, katanya.
“Nah, lembaga pemerintahan bisa memanfaatkan medsos seperti Instagram sebagai media untuk distribusi informasi segala yang dibutuhkan masyarakat mulai dari kebijakan hingga program-program pemerintah sehingga bisa tersosialisasi dengan baik,” katanya.Pada kesempatan itu, KW juga memberikan strategi melakukan wawancara untuk menghasilkan liputan yang lebih kaya, orisinal, terverifikasi, dan akurat. “Dalam wawancara, jangan ragu untuk merekam untuk menghindari kesalahan. Jangan sampai salah nama nara sumber dan kurangi pertanyaan-pertanyaan standar yang tidak penting. Pewawancara harus mempersiapkan diri sebelum melakukan wawancara. Hargai dan pahami dengan benar apa yang disampaikan narsum. Empati, tapi sebaliknya jangan sampai terbodohi dan cepat kagum pada narsum,” ujarnya memberikan tips.
Sementara itu, Ketua Tim Publikasi dan Komunikasi BBPMP Sumbar, Chitra Puspita Hatimengatakan, media sosial telah menjadi corong untuk menyosialisasikan program-program prioritas di Kemendikbudristek. Ia mengakui, perlu mempersiapkan data dan wawancara yang berkualitas untuk membuat konten-konten program prioritas tersebut.
Kegiatan Review Program Prioritas Kemendikbudristek/Review Dokumen PPID tersebut berlangsung dua hari, Kamis dan Jumat (10-11 Oktober 2024) dengan menghadirkan sejumlah narasumber, yakni konsultan digital marketing, M Irfan Mursyidin, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Padang, M David Hendra dan Wartawan Senior Yusrizal KW. Peserta yang berasal dari jajaran BBPMP Sumbar, Balai Pelestarian Kebudayaan, Balai Bahasa, LLDIKTI, UNP dan jurnalis.(rn)
Editor : MELDA RIANI