Piala Gubernur 2024: Pacu Kuda Payakumbuh Sejak Awal Abad 20

×

Piala Gubernur 2024: Pacu Kuda Payakumbuh Sejak Awal Abad 20

Bagikan berita
Piala Gubernur 2024: Pacu Kuda Payakumbuh Sejak Awal Abad 20
Piala Gubernur 2024: Pacu Kuda Payakumbuh Sejak Awal Abad 20

Khairul Jasmi

Koran Utusan Sumatra edisi 06 Maret 1922 memuat iklan pacu kuda Kubu Gadang, Payakumbuh. Jika bertolak dari sana maka usia alek rakyat ini di kota tersebut sudah 102 tahun. Setua itu pula pacu kudo di seluruh Sumbar. Provinsi ini memiliki pacuan terbanyak di Indonesia.

Pada Ahad (13/10/2024) di lokasi yang sama diadakan pacu kudo yang dalam bahasa Belanda disebut,paardenrennen. Jika sekarang hadiahnya uang tunai, waktu itu piala emas, perak, perunggu. “Bezoek de paardenrennen te Koeboe Gadang.” Sorenya diadakan pertandingan sepakbola.

Tradisi pacu kudo dibawa Belanda ke sini dan yang tertua ada di Sumatera Barat; Payakumbuh, Bukittinggi, Padang Panjang, Batusangkar, Solok dan sebenarnya juga ada di Padang.

Pada Ahad, arena pacu kudo Kubu Gadang, ramai. Warga datang menyaksikannya beramai-ramai. Seperti itu sejak dulu. Dirut Semen Indonesia Donny Arsal didampingi Dirut Semen Padang, Indrieffouny Indra meresmikan momumen patung kuda, yang dibangun Semen Indonesia.

Monumen dibuat oleh pematung Asnam Rasyid. Pacu kuda atau pacu kudo, di Ranah Minang sejak awal abad 20 memang sudah jadi pesta rakyat. Ramai. Makin siang kian ramai. Sore apalagi. Kuda didatangkan dari berbagai daerah dengan joki-joki hebat. Pj Walikota Payakumbuh, Suprayitno yang memakai topi koboi warna coklat, tampak senang. Stafnya membagikan topi serupa untuk Dirut Donny dan Arif. Saya dapat pula satu. Warna sama, kualitas entahlah. Maka 76 ekor kuda akan berpacu. Kuda itu dari seluruh Sumbar, Aceh dan Jabar. Hadiahnya Rp 350 juta.

Dan pada pagi nan gemilang, gelanggang Kubu Gadang, sudah ramai. Dimulai dengan pacu boogie, lalu peresmian patung kuda. Patung kuda memang baru ada di Kubu Gadang. Tapi, gelanggang paling sibuk tiap hari, mungkin Bukit Ambacang, Bukittinggi.

Iklan pacu kuda Utusan Sumatra 1922, dilengkapi dengan lukisan joki sedang memacu kudanya. Iklan dimuat dalam beberapa hari. Tradisi anak Minang nonton pacu kuda itu, asyik. Datang membawa nasi dan makan bersama-sama kawan. Arena ini juga untuk pacaran malu-malu.

Iklan pacu kuda seperti 1927 ini sudah muncul sejak 1922
Iklan pacu kuda seperti 1927 ini sudah muncul sejak 1922

Jika senja telah tiba, mereka pulang ke rumah. Sekarang, singgah dulu di kafe. Dan terbukti, kian tinggi hari, semakin ramai pengunjung. Tidak terik, panas bergumam saja. Saya lihat jalur pacuan sudah steril. Kuda segera berpacu. Ketika itulah saya ingat, tadi saat meresmikan monumen patung kuda, hadirin menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

Seorang perempuan berusia kira-kira 60 tahun, ikut berdiri tegap. Tangan kananya memegang tongkat. Ia nyanyikan lagu itu dengan hebat. Di sebelahnya emak-emak lain melalukan hal yang sama. Tapi, sekarang yang menarik suara bariton pembawa acara.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini