Khairul Jasmi
Inilah Tol Bangkinang, bukan Padang-Sicincin. Mobil yang membawa saya melaju di sana dengan kecepatan 120 Km/ jam. Bahkan lebih.
“Padang - Pekanbaru, Lewat Tol,” itu tulisan yang saya baca di dinding belakang travel ke Pekanbaru, Selasa (15/10) pagi di Silaing, Tanah Datar. Rupanya perlu memberi informasi itu karena sebagian tak mau masuk tol.
Dan, di Bangkinang kala sore hari yang sama, saya melaju di tol baru itu. Panjangnya 40 Km. Mobil melaju 120 sd 140 km/jam. Cigin.
Oleh sebagian daripada bayar Rp60 ribu, biarlah lebih lama 90 menit sampai 2 di jalan. Biarlah bensin habis dan biarlah waktu lama. Bagi sebagian besar sopir truk, sebaliknya. Masuk tol.
Biaya logistik Padang - Pekanbaru terbilang tinggi selama ini. Jika tersambung tol Pekanbaru- Padang maka akan lebih murah, hemat waktu.
Terpenting, sembako dan sayur-mayur, ikan dan petani Sumbar, sampai lebih cepat di Pekanbaru. Lebih segar dan harga bisa bagus. Puluhan atau mungkin ratusan truk dari Sumbar tiap hari mengantarkan jualan ke Pekanbaru.Tol sepanjang 40 Km itu pas ditempuh 1/2 jam saja. Kata Aci, wartawan Singgalang, ketika keluar tol, kami telah menghemat waktu 90 menit.
Okelah kalau begitu. Kami masuk di gerbang yang dijaga seseorang sambil minum dan merokok.
“Maju Pak,” kata sebuah suara entah siapa. Terswngar dari pelantang suara. Ini, karena mobil saya berhenti sekejap untuk ambil foto.
Editor : Rahmat