Pasaman -Miliaran rupiah selalu dikucurkan pemerintah Kabupaten Pasaman tiap tahunnya untuk proyek pembangunan fisik. Mulai dari yang terkecil, jalan usaha tani, irigasi, gedung hingga proyek fisik yang berskala besar. Bisa dipastikan, pembangunan fisik tersebut salah satu bahan pokok dalam kontrak kerja dengan rekanan ialah semen.
Perihal ini, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pasaman, Agusti Awizar menjelaskan, dalam kontrak bersama rekanan tidak begitu dirinci merek khusus untuk semen yang digunakan. Hanya saja, semen yang dipakai harus Portland tipe 1.
“Tidak ada spesifikasi merek khusus, hanya saja dalam kontrak kerja, bila itu menyangkut pembangunan fisik, biasanya semen yang digunakan berjenis Portland tipe 1,” kata Agusti Awizar.
Pantauan Singgalang, di tengah gempuran kondisi keuangan PT Semen Padang yang disinyalir menurun karena adanya kompetitor, tidak berlaku di Pasaman. Dipastikan, se Kabupaten Pasaman, tidak ada toko bangunan yang menjual semen, selain Semen Padang.
Mulai dari selatan Pasaman, di Kecamatan Bonjol, hingga Kecamatan Rao di bagian utara, semua toko hanya menyediakan Semen Padang.
Hal ini diakui, Asri salah satu pemilik toko bangunan terbesar di Kecamatan Lubuk Sikaping. Saking besarnya dan tidak ada kompetitor dari Semen Padang yang masuk ke wilayah Pasaman, satu toko induk miliknya, menghabiskan 800 hingga 1000 sak semen per bulan.“Terkadang pasokan ini juga kurang,” kata Asri.
Bahkan diakui Asri, pihaknya awal tahun kemarin diundang PT Semen Padang dalam rangka partner ghatering. Karena berhasil menjual Semen Padang dengan jumlah capaian yang fantastis.
“Tidak ada selain Semen Padang yang masuk ke Pasaman. Ini saya pastikan, karena masyarakat Pasaman fanatik dengan Semen Padang. Adapun tawaran dari kompetitor Semen Padang untuk masuk ke toko saya atau ke wilayah Pasaman, namun saya dan pemilik toko enggan mengaminkannya,” kata Asri.
Hal ini dikarenakan, masyarakat sudah terbiasa dengan merek lokal Semen Padang. Kami tidak mau mengambil resiko mengaminkan kompetitor tadi dijual di Pasaman. Bisa-bisa tidak dilirik konsumen,” kata Asri.
Editor : Eriandi