Sepanjang tol yang masuk dan keluarnya macet saat lebaran itu, sawah dan ladang rakyat terhampar luas sampai ke kaki Gunung Tandikek. Tentu iya hehei. Tak ada sampah. Yang ada city car berbagai merek dan warna melaju kencang. Ada yang buka kaca, banyak yang tidak.
Tempat istirahat atau rest area, belum siap tapi kendaraan boleh masuk. Total biaya tol ini di atas Rp9 triliun tapi tak sampai Rp10 triliun.
Setelah mangkrak 1,5 tahun anggota DPR Andre Rosiade menembus blokade pikiran, lantas pembangunan dimulai kembali. Dimulai 2018 selesai akhir 2024. Jangan hitung 2014 sampai 2018, pusing nanti.
Ke depan jika jadi juga dilanjutkan proyek tol ini sampai bertemu tol Bangkinang, bagusnya ada hal lain yang dibuat juga. Misal, di sebelah tol itu, dibangun jalan kereta api. Tambah saja lebar tanah yang dibebaskan. Pemprov dan kementerian pertanian, bagus juga membuat jalan usaha tani di sebelah tol itu. Jalan usaha tadi, lebarnya 2,5 meter. Buatlah Pak Gub, biar petani tertolong. Antara ketiga jalan itu, rel, tol dan usaha tadi, dipisah. Kalau tidak, lain pula nanti bentuknya.
Sepanjang jalan tol, seperti lainnya, tampak-tampak saja petani bekerja di lahannya. Seorang ibu sedang berjalan di penurunan, mungkin hendak ke sawah, tapi mobil saya ini cigin saja, sehingga sekejap kemudian, perempuan itu sudah tak kelihatan.Tol ini, luar biasa banyak beritanya, disebabkan sengketa pikiran, sengeketa tanah, korupsi dan entah apalagi. Namun, tentu tidak ada di antara kita yang bermimpi jalan tol. Yang ada, keinginan beli mobil.
Lebaran telah usai, besok orang kantoran mulai kerja. Bekerjalah engkau kembali. Susana baru, hati riang. Uang masih bersisa, sikit yang ndak. Maaf lahir batin. Besok jangan lupa bawa kacang tojin ke kantor ya. **
Editor : Bambang Sulistyo
