Kepala BNPB Ingatkan Potensi Megathrust, Batu Grip di Pantai Padang Dinilai Membahayakan

×

Kepala BNPB Ingatkan Potensi Megathrust, Batu Grip di Pantai Padang Dinilai Membahayakan

Bagikan berita
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto saat memberi keterangan pers di Unand Padang, 7 Mei 2025. (foto : wahyu)
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto saat memberi keterangan pers di Unand Padang, 7 Mei 2025. (foto : wahyu)

Padang, Singgalang -Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto mengingatkan kembali potensi bencana megathrust di Sumatera Barat. Menurutnya, Sumbar masih rawan gempa dan tsunami karena berada di tiga zona megathrust, yaitu Nias, Pagai Selatan dan Mentawai. Dari tiga zona itu, zona Mentawai yang belum lepas.

"Apabila terjadi, tapi kita berharap ini tidak terjadi, skenario gempa megathrust akan menimbulkan kekuatan gempa mencapai 8,9 skala richter. Rentang datang tsunami, sekitar 30 hingga 50 menit. Potensi ketinggian genangan tsunami di sepanjang pesisir Kota Padang setinggi 2 hingga 8 meter," jelasnya dalam kuliah umumnya di Universitas Andalas (Unand), Rabu (7/5) di convention hall kampus itu.

Bandara Internasional Minangkabau juga menjadi sorotan Kepala BNPB. Menurutnya di sekitar kawasan yang hanya berjarak 400 meter dari pantai ini itu perlu dibuatkan hutan dan bukit pantai.

Selain itu, Suharyanto juga menilai batu grip di bibir Pantai Padang juga membahayakan, yang kalau terjadi tsunami malah akan terpental ke pemukiman.

Dikatakan, untuk Sumatera Barat (Sumbar) terjadi bencana cukup banyak selama periode 10 tahun terakhir. Banjir berada di posisi teratas untuk jenis bencana yang banyak terjadi di provinsi ini.

"Klaster bencana ada semua di Sumbar. Dari geologi, hidrometeorologi kering dan basah dan bencana non alam," katanya

Selain kuliah umum, Kepala BNPB, Gubenur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, Rektor Unand, Efa Yonnedi dan pihak dari Kedutaan Besar Australia meninjau Rumah Sakit (RS) Unand.

Menurut Kepala BNPB, kawasan RS ini bisa menjadi alternatif jika terjadi bencana.

"Daripada membangun yang baru. RS ini bisa jadi shelter, tempatnya representatif. Tempatnya berada d ketinggian sampai 250 meter di atas permukaan laut. Kita akan lakukan kerjasama dengan pemerintah provinsi dan Unand dalam hal mitigasi dan penanggulangan bencana ini," kata Suharyanto.

Sementara itu, Rektor Unand pada kesempatan itu mengatakan di Unand cukup konsen dengan bidang kebencanaan. Selain ikut dalam penanggulangan bencana, di Unand kini sudah ada program studi Manajemen Bencana di jenjang magister.

Editor : MELDA RIANI
Bagikan

Berita Terkait
Terkini