Sabtu 15 Oktober 2022 saya menghadiri Pembukaan Festival Pesona Budaya Pangian. Ini merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Program Unggulan Satu Nagari Satu Event yang kami (Eka-Richi, red) gagas.Mata saya berkaca-kaca, melihat ribuan orang berpakaian adat dan berpakaian tempo dulu dengan keunikannya masing-masing. Ninik mamak Nagari Pangian memakai pakaian kebesarannya, bundo kanduang dengan tikuluak tanduak, puti bungsu dengan baju kuruang basiba, dan elemen lainnya membawa kucuik.
Begitu saya masuk ke lokasi anak-anak remaja menyambut dengan silek galombang, lalu berjalan di tengah ribuan orang sampai duduk di tenda tamu.Selanjutnya saya disuguhi tarian khas nagari, atraksi silek, dan atraksi mani-manisi. Kami juga menikmati kuliner khas Nagari Pangian, yaitu randang baluik, berbagai jenis samba lado dan pangek yang disuguhkan ketika makan bajamba.
Menurut laporan panitia, setidaknya 2.000 orang terlibat meramaikan kegiatan tersebut. Tentu saja pengunjungnya lebih banyak lagi.Promosi event yang melibatkan artis nasional tentu saja berhasil memancing wisatawan untuk hadir. Perantau, wisatawan dari berbagai daerah, bahkan mancanegara juga mengunjungi event yang dilaksanakan Pokdarwis Pesona Pangian itu.
Ya, Satu Nagari Satu Event. Begitu namanya kami berikan. Konsep kegiatan nan mambasuik dan partispatif ini mengusung prinsip, oleh kita, dari kita dan untuk kita semua. Bentuk eventnya macam macam.Seluruh elemen di nagari berlomba-lomba Mulai dari festival, lomba (kompetisi), Alek anak nagari, bazar UMKM, Adventure hingga ke pertunjukan seni dan budaya anak negeri. Sebagai iconic dari setiap kegiatan di nagari “disandarkan” kepada objek/tema yang sudah “melegenda”. Sebut saja Festival Pandai Sikek, Pesona Pariangan, Talago Biru di Atar, Tabek Ganggam di Limo Kaum, Alek Nagari Andaleh Baruh Bukik di Sungayang, Aua Sarumpun Geopark serta event lainnya.
Secara konsep, One Village One Event tidaklah berbentuk project dengan anggaran yang mencapai ratusan miliar melalui APBD. APBD kita di Tanah Datar tak mencukupi untuk hal begitu. Lagian sikap basanda bulek bulek bukanlah karakter masyarakat Tanah Datar sedari dulunya. Tradisi Sato sakaki demi kemajuan nagari adalah bentuk nyata kepedulian anak rang Luhak nan Tuo terhadap kampung halamannya.Kegiatan One Village One Ivent ini lebih berbentuk gerakan bersama dan lebih bernuansa partisipatif. Artinya, ada keterlibatan semua pihak didalamnya. Mulai dari anak nagari sebagai sipangka yang akan menggelar “hajatan”, masyarakat di ranah dan di rantau selaku tuan rumah dan masyarakat di lingkungan Tanah Datar sebagai mitra.
Apa peran Pemkab? Pemkab lebih bersifat fasilisator. Pemkab lebih berperan mentrigger dan memberikan stimulus saja. Setiap ivent dibantu dana stimulan sebesar Rp 50.000.000. Dana ini dikirim langsung ke rekening panitia kegiatan (Pokdarwis) yang memang jauh hari sebelumnya sudah disetujui. Dalam aplikasinya tak jarang juga pemerintahan nagari ikut menggelontorkan dana agar event berlangsung sukses. Dari tujuh event yang sudah berjalan juga terpantau pihak ketiga turun tangan dalam bentuk mensponsori event tersebut.Intinya semua pihak terlibat. Mereka saling berkontribusi. Ada yang berkontribusi dengan waktu dan pikiran, ada yang menyumbangkan waktu dan tenaga serta tak sedikit pula yang menyumbangkan dana dan sumberdaya yang lainnya demi berlangsungnya acara. Bagaimana hasilnya? Kita bisa melihat bersama. Berdecak kagum kita dibuatnya.Walau terbilang baru, setidaknya ada 14 event yang siap dilangsungkan selama tahun 2022. Dari 14 event tersebut sebelas event sudah terlaksana. Dari sebelas event tersebut pelaksanaanya terbilang sukses dan ada yang benar benar diluar dugaan kita semua.Seperti Festival Pesona Budaya Pangian, Festival Pandai Sikek, Festival Pesona Pariangan, Tabek Ganggam di Limo Kaum, Talago Kamba dan event lainnya.
Bagaimana respon public? Sangatlah bagus. Sesuai monitoring dan evaluasi (Monev) yang dilakukan Dinas Pariwisata Kabupaten Tanah Datar tercatat transaksi di masing-masing event tersebut mencapai ratusan juta, bahkan miliaran rupiah.Selain putaran uang yang relatif besar, jumlah pengunjungpun terbilang banyak. Dari sebelas kegiatan yang sudah dilangsungkan tercatat sebanyak hampir 100 ribu pengunjung.
Jika dana stimulus sebesar Rp 50.000.000 per event ini dikomparasikan total transaksi event maka hasilnya berkali kali lipat. Pemkab hanya menstimulus Rp 50 juta per event. Artinya dari sebelas event, total stimulus dari Pemkab Tanah Datar hanya Rp 550.000.000 sedangkan putaran trasaksi yang dihasilkan sangat besar. Bayangkan betapa besar dampak ekonominya bagi masyarakat di tingkat Nagari.Mengingat besarnya dampak ekonomi dari One Village One Event ini sebagai Kepala Daerah saya mintak kegiatan ini dipertahankan serta ditingkatkan. Jika tahun 2022 dilangsungkan 14 event maka ditahun 2023 nanti ditarget minimal 28 event dan ditahun 2024 ditingkatkan lagi.
Etalase Budaya NagariSetelah mendatangi event-event ini, ada satu kesimpulan baru yang saya ambil. Yaitu, satu nagari satu event adalah etalase budaya nagari. Ini adalah ajang bagi anak nagari mempelajari dan menggali budayanya untuk kemudian ditampilkan. Budaya ini mulai dari silek, tari, kuliner, prosesi adat, hingga kebiasaan gotong royong dan berbagai kebudayaan lainnya.