Oleh Khairul JasmiKami tinggal di kota kecil tidak besar pun tidak. Itulah Padang. Warga kota mudah mengenali pemimpinnya atau orang hebat yang berdomisili di sini, karena mudah menemukan wajah mereka di baliho. Baliho itu mahal-mahal.
Kota kami ini, trotoarnya banyak yang sudah lapang, seperti sebuah kota sebenarnya. Tapi, di sana mobil sering diparkir. Dan, dibiarkan. Sudah agak lama kota kami punya kafe. Di dalamnya temaram, serasa berada di sebuah kedai minuman kelas atas. Murah. Namun, nama minumannya selalu terasa asing. Kopi hitam, namanya American, walau kopinya dari Solok. Serasa jauh dari kita, tak akrab dengan bahasa ibu.
Kafe itu, sudah banyak, remaja putera dan puteri kami duduk di sana kala senja sampai malam menjentikkan rasa dingin ke tubuh. Mereka pakai motor. Mereka anak-anak yang bahagia, walau kota kami tidak bahagia, kata survei. Saya ke sebuah sudut kota, di dekat Universitas Andalas, kala malam mulai merenda waktu. Terang-benderang. Jika tak ribuan, seribu banyaknya mahasiswa keluar rumah. Pakai motor, memadani warung makan dan kafe di Pasar Baru. Jalan sepanjang dua atau tiga kilometer, semarak tiap malam.
"Jangan parkir di sini Pak, kecuali mau ke kafe kami," kata seorang pramusaji sebuah kafe makanan di Pasar Baru. Ia melarang saya parkir di jalan. Ia tanya apa saya mau ke kafenya atau ke kafe lain. Ini malam Rabu 30 November 2022.Tak ada tempat parkir, akhirnya saya temukan juga setelah empat kali putar-putar. Sedemikian ramainya, remaja kita datang ke kota ini untuk menuntut ilmu. Kali ini untuk makan malam. Juga menyelesaikan tugas, mungkin. Cinta juga banyak di sini.
Di tempat yang sama dijual banana caramel, goreng pisang bahasa awaknya. Juga potato chip. Itu, kentang atau kantang. Doeloe sudah dilarang memakai bahasa Inggris, kini mewabah lagi. Kota kami memang hebat. Kota yang hendak maju
Padang, terbesar di pantai Barat Sumatera. Sudah menancapkan tonggak industrialisasi sejak penemuan batubara Sawahlunto 1800-an, dibangunnya pelabuhan Emma Haven, dibentangkannya rel kereta api dan dibangunnya pabrik semen. Di kota inilah untuk Indonesia dimulai peradaban beton. Di kota inilah listrik PLTA menyala pertama kali untuk Hindia Belanda. Kota yang dikelilingi bukit yang salah satu puncaknya mencapai 1.853 meter dan dihambat laut itu, pada awalnya berbentuk leter "i", menyimpan gemuruh hati warganya.
Luas kota kami 700 Km, termasuk hutan yang tak sekalipun ada warga kota menjejakkan kaki di bagian tak terdalamnya. Di sinilah lebih 900 juta jiwa hidup, yang setiap saat senantiasa dilamun risau akan gempa. Akan tsunami. Kami yakin Padang akan maju. Juga hebat, walau walikotanya tanpa wakil sekarang. Tapi, kalau kota berulang tahun tiap 7 Agustus, Balaikota sibuk. Senang pula hati melihatnya, sebab banyak yang pakai jas.Ada 11 kecamatan dengan 16 pasar tradisional. Pasar rakyat ini, adalah tempat one-one datang membawa jualannya. Dulu diantar pedati, dijunjung, kini pakai angkot. Sayurnya segar-segar. Dulu los belaka, kini ada ruko. Pasar-pasar ini tumbuh sejak lama, terutama sejak kereta api muncul. Di kota ini Sang Merah Putih dikibarkan pertama kali sesudah kemerdekaan di kantor polisi. bendera berkibar pada tiang condong 45 derajat, karena terlantak pada atap.
Karena ini maju, kantor polisi itu dirubuhkan, kuburan Belanda dibongkar. Di sana dibangun kantor pemerintah. Kota kami ini, harga rumah sudah mahal, sewa ruko sekehendak hati pemilik. Rumah kost banyak. Satpol PP sering razia. LGBT kata orang banyak, seperti juga ODHA. Kami ingin maju, dengan sanitasi yang baik. Sekarang sebagian besar warga kota minum air PDAM yang punya 13 sumur bor. Jika hujan deras, air di batang air deras pula, pipanya atau intake sering rusak. Sebagian lain meminum air sumur, juga air galon. Tak jauh dari sini ada pabrik Aqua, investasi terbaru yang kemarin bermasalah pula.
Listrik kami banyak, warga kota kepayahan membayar rekeningnya. Sampah sudah dikelola tapi masih berserakan. Jika selesai hujan, pantai kebangaan warga kota, penuh sampah. Sering foto sampah itu masuk koran dan videonya muncul di link youtuber. Kota saling sapa