Melihat Problematika Kereta "Si Putih Hijau" yang Minim Peminat 

Foto Harian Singgalang
×

Melihat Problematika Kereta "Si Putih Hijau" yang Minim Peminat 

Bagikan opini

Oleh YuniTepat pukul 08.45 WIB, Selasa, 21 November 2023, kereta api dengan cat berwarna kombinasi putih hijau itu bergerak meninggalkan Stasiun Pulau Air, Kota Padang, Sumatra Barat. Kereta bernama Minangkabau Express itu dilepas seorang petugas bertopi merah dengan simbol hijau di tangan plus tiupan pluit panjang dari kondektur kereta.

Lengkingan suara pluit kereta api bersahutan dengan gesekan roda besi yang berputar di atas rel menimbulkan bunyi yang begitu khas. Suaranya memberi warna tersendiri keseharian warga yang tinggal tak jauh dari perlintasan kereta api (KA).Kereta terus berjalan. Di perlintasan sebidang, kendaraan, baik mobil maupun motor berhenti tertib di balik plang pintu perlintasan. Memang begitulah harusnya. Kendaraan apapun dan siapa pun, wajib mendahulukan perjalanan kereta api yang berjalan di jalurnya, meski di perlintasan sebidang tak ada plang. Tak ada tawar menawar!

Kereta terus bergerak, lalu berhenti di sejumlah stasiun, seperti Stasiun Padang, Alai, Air Tawar, Tabing dan Duku hingga terus melaju ke stasiun di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Tepat pukul 09.45 WIB, kereta berhenti di stasiun di kawasan bandara kebanggaan orang Minsng. Satu jam! Itu waktu tempuh yang dibutuhkan kereta api ini dari Pulau Air ke BIM dengan kecepatan 60 km per jam. On time alias tepat waktu. Cocok untuk yang disiplin dan membutuhkan ketepatan waktu.Mirisnya sepanjang satu jam perjalanan, penumpang naik turun di beberapa stasiun transit tak banyak. Sedikit sekali, bisa dihitung dengan jari. Khusus di hari itu, kereta memang dipenuhi penumpang. Tapi rombongan jurnalis dan panitia Press Tour 2023 yang acaranya digagas Balai Teknik Perkeretaapian Kelas II Padang, yaitu Unit Pelaksana Teknik Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan RI. Acara Press Tour bertemakan Pembangunan Perkeretaapian di Sumbar.

Soal minimnya minat warga Sumatra Barat, khususnya Kota Padang memanfaatkan kereta api sebagai moda transportasi dari dan ke bandara diakui Kepala  PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre II Sumbar, Sofan yang menjadi salah seorang pembicara dalam kegiatan itu.Kondisi itu diperkirakannya terjadi akibat lamanya waktu tunggu antar kereta, yaitu sekitar dua jam. Sebelumnya, pihaknya sudah mengupayakan agar memperpendek waktu tunggu dengan menambah kecepatan kereta api dari 60 km perjam menjadi 80 hingga 90 km per jam. Hanya saja, hal ini pada kenyataannya belum bisa menjadi solusi untuk mendongkrak jumlah penumpang, sehingga kecepatan kereta bandara ini tetap 60 km per jam.

Tapi dalam waktu dekat, rencananya, pihaknya akan menambah satu unit lagi  kereta jenis KRD, yaitu kereta yang memiliki penggerak sendiri. Saat ini baru ada tiga KRD. Kereta tambahan itu akan didatangkan dari Tanjung Karang. "Jadi nanti kita modifikasi dulu," sebutnya.Selain itu, dia juga menyebutkan, kalau sebenarnya kereta api dari dan ke BIM dapat juga dimanfaatkan untuk angkutan barang. Toh, bandara bukan semata tentang pergerakan orang saja, tapi juga barang. Itu  lah yang selama ini belum dilirik, padahal bisa dimaksimalkan. Jadwal keberangkatan si putih hijau ini setiap harinya ada 12 kali. Pukul 06.05 WIB memulai perjalanan dari Pulau Air ke BIM. Dari BIM sendiri ke Pulau Air diawali pada pukul 07.25 WIB. Kereta terakhir dari BIM ke Pulau Air pukul 19.10 WIB, sedangkan dari Pulau Air ke BIM terakhir pada pukul 17.55 WIB.

Integrasi moda transportasiSoal minimnya minat memanfaatkan KA sebagai angkutan umum oleh warga dalam pandangan sejumlah peserta Press Tour, karena masih sedikitnya integrasi moda transportasi dari dan ke stasiun. Akibatnya, warga tak memilih, meski dengan tarif murah dan jaminan tepat waktu yang bisa didapatkan bila naik kereta api.

Pengamat Transportasi Sumbar, Yosafra, PhD., sebagai salah seorang penanggap dalam kegiatan itu menilai hal senada. Integrasi moda transportasi menurutnya sangat penting dilakukan, supaya kereta api bisa menjadi moda pilihan utama masyarakat secara luas.Untuk itu, PT KAI Divre II katanya, perlu membangun "branding"  juga tagline yang lebih menjual. Keunggulan kereta api di Sumbar yang murah dan tepat waktu adalah sesuatu yang memiliki nilai jual, namun harus dikemas lebih apik dan ciamik lagi, sehingga benar-benar menjadi daya tarik dan mendoromg peningkatan jumlah penumpang.

Apalagi, sejak lima tahun  terakhir, pembangunan sektor perkeretaapian di Sumbar terus menggeliat dibanding daerah lain. Itu menurutnya patut diapresiasi. "Ciri-ciri kota metropolitan adalah kota yang layak dengan pemanfaatan angkutan umum secara maksimal," katanya.Selain itu, mengatasi waktu tunggu yang lama dapat disiasati dengan memberikan "space" atau ruang yang diperlukan oleh orang-orang di masa kini. Semisal, menyediakan ruang yang dilengkapi dengan akses internet yang lancar, sehingga tidak membosankan untuk menunggu.

Kepala Dinas Perhubungan Sumbar, Dedy Diantolani juga memberi saran agar operasional kereta api bandara semakin optimal. Dia berharap aset yang dimiliki PT KAI  dapat dimaksimalkan untuk menyokong keberadaan kereta api, semisal dengan membangun pusat perbelanjaan modern dan terminal terpadu di Simpang Haru, sehingga semakin ramai orang datang dan bisa memanfaatkan kereta api sebagai moda untuk mencapai tempat tersebut.Begitulah! Sesuai jadwalnya, kereta kembali bergerak. Berjalan lancar di jalurnya dan sampai di tujuan tepat waktu.

Sarana prasarana kereta api di jalur ini juga semakin "rancak" dan lengkap. Stasiun bersolek indah dan memberi kenyamanan. Kepala BTP Kelas II Padang, Supandi menyebut stasiun saat ini dibangun dengan lebih manusiawi demi kenyamanan para pengguna. Kini juga dilengkapi dengan akses  bagi penyandang disabilitas.Sejak beberapa tahun terakhir, BTP Kelas II Padang memang terus memaksimalkan pembangunan sarana prasarana penunjang perkeretaapian. Semuanya dibangun untuk memberi rasa aman dan nyaman. Lebih dari itu untuk mewujudkan keselamatan bersama. Hanya saja tegas Supandi tetap dibutuhkan kerjasama semua pihak, termasuk masyarakat agar tak menerobos perlintasan kereta api, sehingga korban tak terus bertambah. Semoga! (yuni)

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini