Oleh: Isral Naska
Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera BaratDelegasi AIMEP (Australia Indonesia Muslim Exchange Program)
Setelah selesai diskusi dan makan siang di Islamic Council of Victoria, ada tiga acara yang perlu dihadiri, berlangsung di dua tempat. Tempat pertama tidak jauh dari ICV, masih di pusat kota Melbourne. Kami berkunjung ke sebuah stasiun berita dan jaringan televisi ternama, yaitu ABC News.
Kantor yang kami kunjungi ini mendapat tanggung jawab untuk urusan pemberitaan dalam lingkup Asia Pasifik. Untuk itu mereka merekrut staff dari berbagai latar belakang budaya. Ada orang putih, banyak juga yang berlatar belakang Asia. Sebagai contoh, tiga orang yang menemani kami terdiri dari satu orang perempuan India, dan lainnya berlatar belakang China.Kantornya sangat modern dengan nuansa glass façade. Bagian dinding luar utamanya, terdiri dari dinding yang terbuat dari kaca. Ini memberikan kesan sangat luas sekaligus menjadikan bagian dalam kantor begitu berlimpah oleh cahaya alami. Bahkan lift juga terbuat dari kaca. Menaiki lift seperti itu rasa naik wahana, ngilu perut dibuatnya tapi menyenangkan.
ABC News menerapkan prosedur yang ketat untuk pengunjung. Pertama seluruh rombongan dipanggil satu persatu. Disesuaikan wajah dengan identitas, lalu diberi kartu pengunjung yang tertulis “visitor”. Namun semua proses dilakukan dengan keramahan tingkat tinggi. Jadi dia ketat dalam aturan, tapi tidak terasa mengintimidasi.Di dalam rombongan di ajak tour keliling ke beberapa ruangan. Ada ruangan yang berfungsi seperti museum kecil. Di sana diperlihatkan peralatan produksi berita dari zaman baheula. Sangat tua dan aneh bentuknya. Lihatlah di sana, ada sebuah set up kamera. Sangat besar, terbuat dari besi, dan menjulur panjang. Saya teringat truk dinas pertamanan, ada belalai yang ujungnya dipasangi drum sehingga petugas bisa berdiri di sana memotong ranting kayu ketinggian. Mirip itu, tapi ini kamera.
Lalu kami masuk ke ruang produksi berita. Ruang kontrol kamera sangat canggih dan modern. Entah berapa jumlah layar di dalam itu. Pergerakan kamera di studio bisa di atur dengan mudah dari sana. Mau zoom in, zoom out, dan lain sebagainya tinggal menggunakan ujung-ujung jari. Juga terdapat komputer-komputerspek tinggi untuk editing.Akhirnya kita dibawa masuk ke studio. Di sana semua peserta diberi kesempatan berlagak seperti news anchor. Ada juga yang berlagak melaporkan perkembangan cuaca di depan sebuah display modern realtime. Yang jadi bintang saat itu seorang teman asal Makassar, bernama Mato. Ia good looking, pakaian pas, dan suaranya sangat mantap. Salah seorang kru berita sampai memuji “your voice and tone are excellent”Ruang terakhir yang kami kunjungi adalah ruang editorial board. Di sana mereka berdiskusi tentang angledan frame pemberitaan, apa yang harus diberitakan, dan lain sebagainya. Banyak yang bilang “pena lebih sakti dari pedang”. Maka ruangan editorial board ini adalah aula kesaktian itu. Di sini mereka memutuskan apa yang perlu diberitakan dan bagaimana memberitakannya. Artinya apa yang kita tahu dan kita pikirkan, juga ada saham pada mereka. Tak terbayangkan jika manusia-manusia editorial board ini diisi oleh orang-orang licik. Ngeri!Di depan kru berita ABC News ini kita tidak dapat berupa-pura tentang Indonesia. Mereka banyak tahu tentang banyak hal di Indonesia, mulai dari politik hingga tren-tren media sosial. Itu mereka tunjukan dengan menyinggung beberapa topik tentang perkembangan politik di hadapan kami. Saya merasa sedikit aneh saja melihat orang asing tahu tentang Indonesia seperti kita-kita ini. Tapi itu wajar sebab dunia hari ini adalah dunia tanpa batas, apalagi mereka ini wartawan.
Dari sini kita mestinya sadar bahwa apa yang terjadi di sini, tidak perlu waktu lama untuk diketahui oleh orang lain. Dunia sudah seperti kampung kecil saja. Jika di kampung urusan seseorang mudah saja menjadi urusan semua orang. Maka internet dapat membuatnya menjadi urusan semua orang di seluruh penjuru dunia. Kantor berita macam ABC News ini seumpama lapau di tengah kampung.Menyadari dunia hari ini, kita mesti memikirkan masak-masak semua tindak tanduk kita, walau di tempat sendiri. Tidak lama dunia akan tahu nantinya. Oleh karena itu, walau kita tinggal di lingkup lokal, tetap harus memiliki kewaspadaan global. (***)