Al-Siraat yang Luar Biasa

Foto Harian Singgalang
×

Al-Siraat yang Luar Biasa

Bagikan opini

Pendamping kami pagi itu mengatakan bahwa anak-anak ini hidup di Australia yang bebas dan liberal. Tahu sendiri lah bagaimana bebasnya sebuah negara barat. “Jadi kami serius mendidik mereka untuk dekat dengan Al Quran dan shalat, karena ini sajalah yang dapat menjaga mereka” Kata pendamping pagi itu. Lalu dia melanjutkan: “Kita tidak dapat menjaga mereka terus-terusan”. Saya tercenung juga mendengar filosofi di balik pelajaran Al Quran ini. Ternyata itu semua tujuan utamanya adalah untuk memperkuat memori murid-murid itu sebagai hamba Allah. Dengan demikian, mereka akan menjaga diri mereka sendiri.Kami naik ke lantai dua. Pendamping membawa kami ke sebuah kantor. Seseorang keluar dari sana. Beliau adalah seorang pria yang berasal dari Singapura. Sebutlah namanya Hasim. “Dia penguasa di gedung ini” kata pendamping sambil tersenyum. Hasim ternyata memiliki jabatan unik. Dia adalah orang pertama yang akan ditemui para siswa jika mereka memiliki persoalan dengan sekolah, baik dengan guru maupun dengan pihak manajemen sekolah. Tugas utama Hasim adalah mengadvokasi kepentingan dan keluhan para siswa tersebut. Ini membuat tidak ada lagi hambatan komunikasi di sekolah ini. Sebuah manajemen pendidikan yang unik menurut saya.

Yang lebih unik adalah tentang bagaimana Hasim memulai karirnya di sekolah ini. Ia awalnya adalah seorang tenaga bersih-bersih. Kata Hasim kepada saya “dulu saya kerja di kapal. Lalu berhenti dan lanjut sebagai tenaga kebersihan di sini” Lalu saya bertanya tentang bagaimana dia mencapai posisinya yang sekarang ini. “Saya dekat dengan anak-anak, dan ternyata pihak sekolah mengamati kedekatan itu.” Jadi, ketika sekolah menawarkan posisi ini, dia langsung menerima. Saya bilang kepada Hasim bahwa akhirnya saya menemukan contoh nyata salah satu jokes yang berkembang di Indonesia “mulai kerja di rumah sakit jadi office boy, nanti lama-lama bisa naik pangkat jadi dokter”. Dia tertawa mendengar jokes itu.Ruang belajar di sekolah itu, terutama di gedung-gedung baru dibuat senyaman mungkin untuk belajar. Satu hal yang paling menarik adalah adanya fasilitas tempat duduk di dekat jendela. Kata pendamping kami: “jika murid bosan duduk di kursi, mereka bisa duduk di sana.” Ini benar-benar memanjakan para siswa.

Hal lain adalah dinding kelas bagian luar dibuat dari kaca. Ini memberi kesan lapang dan terang. Selain itu, dinding kaca juga meminimalisir bullying di sekolah. Sebab dinding kaca membuat hampir semua tempat dapat terlihat. Tidak ada lagi tempat tersembunyi. Dengan demikian, hal-hal tidak diinginkan dapat diketahui sejak awal.Sepanjang berjalan di ruang-ruang kelas dan berpindah dari satu gedung ke gedung lainnya, nuansa yang dirasakan adalah nuansa menyenangkan. Waktu itu bertepatan dengan waktu istirahat. Musik pun dihidupkan. Lagu-lagunya Maher Zein! Sound system yang bagus membuat suara musik terdengar merata dan lembut di seluruh tempat. Tentang ini saya cukup terkejut, sebab ketika bertemu school principal tadi, saya membayangkan sekolah ini tidak akan memutar musik. Tapi mereka melakukannya.

Beberapa siswa bergabung dengan rombongan kami. Saya sendiri, entah bagaimana, diikuti oleh seorang bocah. Ahmad namanya, baru kelas lima. Dia bercerita bahwa sekolah di Al-Siraat sangat menyenangkan. Saya bertanya apakah punya rencana untuk pindah sekolah setelah tamat SD di Al-Siraat. Ia menjawab akan lanjut di sana hingga tingkat SMP dan SMA. Ketika saya tanyakan, apa pelajaran favoritnya. Ahmad mengatakan bahwa dia suka kelas Quran. “Itu membuat saya merasa tenang dan damai”, katanya.Setelah berkeliling, ternyata Al-Siraat memang sebuah sekolah modern dengan fasilitas cukup lengkap. Lapangan berbagai jenis ada. Kelas sains dengan berbagai kelengkapan juga ada. Lapangan parkir luas sekali. Dan rencananya mereka akan membangun masjid besar di sana.

Waktu dekat zuhur, kami dibawa ke masjid sementara. Ternyata kandang kuda berusia ratusan tahun yang ku ceritakan di awa, telah disulap menjadi masjid. Dari luar memang terlihat sebagai bekas kandang kuda klasik yang dindingnya terbuat dari bluestones. Tidak ada perubahan apapun. Ternyata di dalam sudah disulap menjadi masjid. Sungguh menarik dan kreatif. Jadi situs sejarah itu tidak rusak, tidak terbengkalai, bahkan dimanfaatkan dengan sangat baik.Di dalam masjid, saya masih berbincang tentang banyak hal dengan Hasim, petugas kebersihan yang naik pangkat secara dramatis menjadi salah satu pejabat sekolah. Di tengah perbincangan itu, beberapa orang siswa laki-laki remaja masuk ke dalam masjid. Mereka terlihat berbeda dari siswa lainnya. Mereka menggunakan gamis putih. Saya tanya kenapa mereka berbeda. Hasim menjelaskan bahwa siswa-siswa itu berasal dari kelas khusus. Ada beberapa orang yang masuk kelas tersebut. Siswa-siswa di kelas tersebut dipersiapkan untuk menjadi ulama di Australia. Luar biasa!

Sampai pada titik ini, saya sangat kagum dengan sistem Al-Siraat. Siswa dididik untuk siap berperan dalam kehidupan di Australia tanpa harus kehilangan jati diri sebagai Muslim. Beberapa mereka siapkan khusus untuk menjadi ulama. Memang tidak semua orang akan dapat menjadi ulama. Jika semua dipaksa menjadi ulama, siapa yang jadi teknokrat, pebisnis, politisi dan lain sebagainya?Ini betul-betul sistem pendidikan yang berorientasi pada keperluan anak dan keperluan masyarakat. Seringkali ku rasa, kita memaksakan sebuah sistem kepada anak karena kita merasa bahwa itu yang terbaik. Terbaik menurut kita saja, belum tentu terbaik untuk mereka. Kita tidak betul-betul memikirkan apa yang mereka perlukan di masa depan mereka. Semoga kita terhindar dari pemaksaan itu, semoga anak kita terhindar dari sistem pendidikan yang egoistik dan narsistik seperti itu itu. Sistem seperti Al Siraat ini memang luar biasa.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini