SINGGALANG RIAU - Bripka Dendi Febrian, personel Sat Binmas Polres Pelalawan menjadi salah satu pahlawan di balik suksesnya Pemilu 2024 saat situasi banjir melanda Riau.Dedikasi dan perjuangannya dalam mengawal dan mengamankan pendistribusian logistik ke Desa Ransang, Desa Kuala Tolam, dan Desa Sungai Ara patut diacungi jempol.
Meskipun penuh dengan rintangan, Bripka Dendi dan timnya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.Pengalaman ini menjadi momen berharga dan tak terlupakan baginya, terutama saat melihat kebahagiaan warga desa yang menerima logistik Pemilu itu.
Bripka Dendi merupakan satu dari ribuan polisi sekaligus ayah yang rela menahan rindu berpisah dengan istri dan buah hatinya demi menyukseskan Pemilu."Pergi karena tugas, pulang karena rindu," katanya dengan nada gemetar memulai cerita.
Masih segar dalam ingatan Bripka Dendi saat mengawali langkahnya pada Senin 12 Februari 2024 pagi. Hari itu, ia izin pamit kepada istri dan kedua buah hatinya untuk pergi ke Desa Ransang.Desa yang jaraknya sekitar 46 kilometer dari Polres Pelalawan jika ditempuh dengan jalur darat. Tapi kali ini berbeda karena banjir mengepung jalan menuju desa tersebut.
Langkah awal Bripka Dendi dimulai dengan lambaian tangan dan untaian doa dari istri dan buah hatinya. Doa yang akan menjaganya di medan tugas dan menjaga istri serta buah hati di rumah. Langkah itupun berlalu.Di awal perjalanan, ujian mulai terasa saat kantor induk PPK yang seharusnya berada di Kelurahan Pelalawan terpaksa dipindahkan sementara di Lalang Kabung. Penyebabnya sama yaitu kebanjiran.
Akibatnya, logistik Pemilu untuk tiga desa diujung Kecamatan Pelalawan yaitu Desa Ransang, Desa Kuala Tolam dan Desa Sungai Ara terpaksa dipindah pula.Namun, kondisi itu tak membuat tim berpatah arang. Tim itu disebut tim pengawalan dan pengaman logostik serta Tempat Pemungutan Suara (TPS).Dari Lalang Kabung, Bripka Dendi dan kawan-kawan bergerak menuju lokasi yang disebut Line O PT RAPP tempat dua pompong menunggu mereka.Pompong itu milik Baharuddin dan Joko. Pompong menjadi satu-satunya alat transportasi yang sesuai untuk melintasi Sungai Kampar. Sungai yang terkenal dengan keganasan Ombak Bono dan juga sebagai habitat buaya.
[caption id="attachment_182206" align="alignnone" width="1000"] LOGISTIK - Bripka Dendi Febrian saat mengawal pemindahan logistik pemilu ke Pompong. Logistik itu akan didistribusikan ke Desa Kuala Tolam, Desa Ransang dan Desa Sungai Arah.(ist)[/caption]Usai semua logistik dipindahkan dari truk kedalam pompang, perjalanan menyusuri Sungai Kampar pun dimulai pukul 09.00 WIB.
Sesaat setelah mesin pompong menderu dan membelah arus anak Sungai Kampar, awan mendadak mendung. Namun hal itu tak merobah semangat Dendi dan rekan-rekan untuk melanjutkan perjalanan.Sekitar 15 menit perjalanan, pompong itu masuk ke jalur utama yaitu Sungai Kampar yang diketahui memiliki panjang sekitar 580 kilometer dan memiliki kedalaman rata-rata 6 meter.
Di antara arus sedang dan pohon bakau hijau itu, pompong yang dinahkodai Baharuddin itu melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali sang nahkoda merobah arahnya untuk menstabilkan laju pompong dan menjaga agar semua tetap baik-baik saja.Pengalaman Baharuddin sebagai nahkoda pompong memang tak diragukan lagi, bahkan ia seakan sudah satu hati dengan kendaraan sumber nafkahnya itu.