Petani Lereng Marapi

Foto Harian Singgalang
×

Petani Lereng Marapi

Bagikan opini

Gunung Marapi masih menunjukkan geliatnya. Letupan demi letupan terus dikeluarkan. Debu vulkanik masih membumbung ke langit. Jatuh ke rumah-rumah warga, lahan pertanian  serta perkebunan.

Sejak meletus pada 3 Desember 2023 lalu, gunung yang berada di antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar, tak berhenti mengeluarkan debu vulkanik.

Bagi petani di sekitar lereng Gunung Marapi, debu vulkanik, cukup berdampak berkurangnya panen baik sayur maupun padi.

Baca juga: Libur Panjang

Mata pencarian warga di sekitar lereng menjadi terganggu. Di  Kecamatan Canduang, Sungai Pua dan Baso, Kabupaten Agam petani mengalami gagal panen, akibat  debu vulkanik. Diperkirakan petani mengalami kerugian miliaran rupiah.

Walinagari Bukik Batabuah Firdaus sekitar 75 persen bekerja sebagai petani, buruh tani dan usaha ladang tebu. Mereka mengalami dampak tersebut. Tanaman markisa warga mati. Padahal sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK) warga Bukik Batabuah  menggantungkan hidupnya bekerja mencari buah markisa tanaman liar di lereng gunung.

Ada sekitar 65 hektar lebih lahan pertanian tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, kubis bawang merah, terong, daun bawang dan tanaman pangan ubi jalar gagal panen. Demikian juga  sekitar 555 hektare ladang tebu mengalami hal yang sama sehingga kualitas gula merah (gula saka) hasil olahan anak Nagari Bukik Batabuah produksinya mengalami penurunan.

Petani di Padang Panjang juga mengalami hal yang sama. Debu vulkanik yang dimuntahkan gunung itu membuat petani banyak gagal panen.

Ida, petani dari Nagari Paninjauan, Kecamatan X Koto, Tanah Datar menyebut  cabai dan sayuran saya sudah dua kali gagal panen. Semuanya rusak terdampak debu Marapi.

Yasir, petani cabai dari Nagari Singgalang lebih beruntung dari Ida. Meski ikut terdampak, namun ia mengaku masih bisa panen 7 kg/minggu.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini