Sirene meraung panjang, tanda dari pabrik di PT Semen Padang. Bunyi itu sudah didengar, lebih 100 tahun. Biasa. Yang juga biasa, walau sekali setahun, Shalat Ied di Hari Raya Idul Fitri di Plaza Semen Padang. Sirene itu meraung, pagi ini, Rabu 10 April 2022. Inilah Idul Fitri.Matahari bersinar, cahayanya yang hangat terasa di punggung. Khatib, memberi kutbah dengan intonasi yang bagus, suaranya melantun enak melalui pelantang suara.
Saya di sini, melihat Monumen Lori, sebagai pengingat, di pabrik ini, sejarah ekonomi, pernah berjalan di tali kawat, di awang-awang. Pelaku-pelakunya, pekerja-pekerjanya telah tiada, jauh sebelum ini.Entah berapa miliar zak semen dan klinker telah dibuat perusahaan ini, sejak 1910. “Bersyukur atau kufur,” kata Khatib Ied, DR Saiful Amin, M. Agdalam konteks lain. Tentu semua bersyukur atas apa yang ia jalani hari ini. Bisa juga ada yang tidak, entah di belahan bumi mana.
Bersyukur, kata dosen Fakuktas Syariah UIN Syekh M Djamil Djambek, Bukittinggi ini, mestilah menyampaikan terima kasih kepada individu-individu, yang berjasa dalam hidup kita. Ini, katanya, terutama mesti disampaikan kepada orangtua.“Nikmat itu diberi Allah kepada kita, melalui kedua orangtua,” katanya.
Ini kisah ibu, yang payah dalam kepayahan. Kisah ayah yang tak pernah bekerja untuk dirinya, namun untuk keluarganya.Langit disaput tipis awan, membuat cahaya matahari terasa lembut. Daun-diam, bukan oleh kutbah, tapi karena angin memang sedang tidak berhembus.
Kemana burung- burung yang tadi terbang-terbang rendah di sini? Urusan burung terbang, biarkan saja, memang itu kerjanya.Saya mulai merasa lapar, kutbah mungkin masih panjang. Saya dengarlah dulu. Sekarang tidak lagi semata orangtua tapi kisah seseorang yang beramal soleh untuk kepentingan umum. Saya tahu, sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Jemaah memenuhi plaza perusahaan ini. Tidak semua dari 3000-an karyawan PT Semen Padang hadir di sini, sebab mereka mudik. Warga sekitar datang berbondong memenuhi saf demi saf. Mereka adalah bagian dari proses panjang perusahaan ini.“Indahkan akhlak mereka,” Khatib berkata. Ini pesan untuk orang tua, dalam mendidik anak. Lalu ia berkisah soal cinta. “Tertawalah bersama kegembiraannya,” pesan Khatib pada suami. Untuk istri tentunya. Pesan sebelahnya, “ ingatlah suamimu membanting tulang untukmu.” Panjanglah pokoknya nasihat Khatib Ied ini untuk suami- istri.
Dirut PT Semen Padang, Indrieffouny Indra, menyambut jemaah dengan adab yang baik, sebagaimana tuan rumah layaknya. Ia menyampaikan, Sumbar sedang berduka, sebab bencana alam, terjadi di mana-mana. Perusahaanya telah menurunkan pasukan Gerak Cepat guna memberikan bantuan darurat bagi korban.Imam Shalat Ied, seorang anak muda, Riko Pebrianto, yang sehari-hari imam dan guru di Masjid Raya Jabak Rahmah Semen Padang. Bacaannya bagus, sebagus yang tak bisa saya tiru, apalagi fasihnya.Dan Khatib Saiful Amin mengakhiri kutbahnya dengan doa yang panjang.Dan: inilah lebaran yang tak kembar, bersatu di langit ritual hari raya. Lalu prosesi shalat pun selesai, jemaah bubar, menuju keharibaan masing-masing. Panitia, Ustad
Panas mulai menyengat, langit bersih. Lalulintas masih sepi. Mau semarak ramai padat, tunggulah besok.Sirene Semen Padang akan meraung lagi hari ini, sore terutama ketika jam pulang kerja pabrik. Pabrik terus bekerja dengan ratusan orang di dalamnya. Salam hangat untuk panitia shalat, Ustad Mafril dan Andi serta semua protokol Semen Padang. Salam sehangat semen baru masak untuk pekerja pabrik.
Hari rancak, kutbah badagok. Selamat hari raya.**