Pembebasan Tanah di Awal Konstruksi Kereta Api Sumatera Barat

Foto Novelia Musda
×

Pembebasan Tanah di Awal Konstruksi Kereta Api Sumatera Barat

Bagikan opini

Pembebasan tanah atau land acquisition sebagai langkah awal vital dalam rangka penuntasan proyek-proyek konstruksi strategis seperti jalan dan perumahan merupakan perkara yang kebanyakan penuh onak dan duri.

Apalagi di saat ini di mana hak kepemilikan yang terkena imbas sebagian besar sudah hak milik pribadi. Tak terkecuali di Sumbar, daerah yang pernah kita ingat pernah disebut Setya Novanto dkk pada 2015 dulu sebagai salah satu dari dua provinsi yang tak ramah investasi karena rumitnya pembebasan lahan. Jalan tol Padang-Pekanbaru yang sedang progres juga masih dan mungkin akan bermasalah dalam percepatan pembebasan lahan. Apakah di masa lalu, pembebasan lahan untuk proyek konstruksi besar di Sumatera Barat juga amat susah?

Untung saja kita memiliki bahan sejarah yang siap untuk diolah, yakni tentang awal mula pengerjaan proyek kereta api di Sumatera Barat, menghubungkan Teluk Bayur ke pusat tambang batu bara Sawahlunto, melalui Padang Panjang. Jika kita ambil angka-angka dari rancangan Clyusenaer, designer kereta api Sumbar, proyek ini bernilai 24,4 juta gulden (sekitar 2,4 trilyun).

Proyek ini diawali dengan pengerjaan pelabuhan Teluk Bayur (Emmahaven) pada 1887, lalu pada 1889 barulah dibangun rel kereta berbarengan dengan Stasiun Padang.

Salah satu sumber untuk membahas pembebasan lahan untuk kereta api Sumbar adalah tulisan Ir. Theodore Felix Albert Delprat, judulnya: Spoorwegaanleg aan Sumatra’s Westkust (Konstruksi Kereta Api di Sumatera Barat), terbit 1891. Sang penulis adalah otoritas dalam tema ini, karena mengomandoi pengerjaan rel seksi Padang Panjang-Bukittinggi dan seksi Kacang hingga Sawahlunto.

Pembebasan lahan (onteigining) untuk proyek kereta api termasuk pekerjaan persiapan. Sebagaimana digambarkan oleh TFA Delprat, hal pertama yang dilakukan adalah penetapan panduan utama pada lahan-lahan biasa. Langkah selanjutnya membuat peta-peta sangat detail, dengan menggunakan garis-garis kontur (hoogtelijnen) untuk menunjukkan figur persis dari lokasi.

Garis ini ditentukan pada peta dan harus diikuti agar pemindahan tanah bisa diupayakan seminimal mungkin, memperhitungkan tingkat kelerengan dan radius lengkungan.

Jika garis melewati medan tersebut telah dipastikan, maka langkah selanjutnya perlu mengukur seksi-seksi perlintasan (dwarsprofielen). Pengukurannya dibuat setinggi mungkin setentang dinding-dinding perbukitan dan saling merapat, sehingga pemindahan tanah yang akan dilakukan bisa diperkirakan secara tepat.

Penghitungan pada medan berat yang memiliki banyak titik sudut yang susah diakses melewati sungai-sungai yang perlu dilintasi berulang kali kemudian dilakukan. Bila kerja ini telah tuntas, maka akan ditentukan petak kawasan mana yang akan diambil alih untuk jalur kereta api dan langsung dibuat batas-batasnya.

Setelah jelas mana yang perlu dibebaskan, semua yang ada dalam batasan tanda itu baik rumah, pohon, pondok, tanaman perdu, pendeknya segala yang dapat dihitung untuk ganti rugi betapa pun kecilnya, dimasukkan dalam catatan. Semuanya dimasukkan dalam status beserta nama-nama yang diakui sebagai pemilik masing-masingnya.Berdasarkan data tersebut, komisi pembebasan lahan (onteigeningscomissie) pun mulai bekerja.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini