Oleh : B. Bagindo
Jauh panggang dari api. Peribahasa ini sangat relevan dengan omong kosong penguasa untuk pendidikan bagi anak negeri.
Saya merasa perlu untuk menyampaikan kekecewaan saya terhadap gagasan Indonesia Emas 2045 yang sering digaungkan oleh pemerintah. Sepintas, visi tersebut memang terdengar mulia dan memotivasi. Namun, bila dilihat lebih dalam, kita akan menemukan banyak ketidakselarasan antara retorika dan realita di lapangan.
Meski pemerintah selalu mengumbar slogan "pendidikan untuk semua", realitanya akses pendidikan masih sulit dijangkau oleh banyak kalangan. Besar sekali kesenjangan antara harapan rakyat dan kenyataan yang terjadi. Retorika yang terus diulang-ulang pada banyak pidato penguasa negeri, hanya menjadi penghias tanpa memberikan solusi.
Maka, tidak heran jika masyarakat merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah yang seharusnya bertugas untuk menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa. "Jauh panggang dari api".
Salah satu masalah mendasar yang menghambat pencapaian visi ini adalah lemahnya fasilitas pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Setiap tahunnya, jumlah lulusan sekolah terus bertambah, namun daya tampung sekolah-sekolah tidak memadai untuk menampung mereka. Kita belum lagi berbicara mengenai kualitas pendidikan yang diberikan. Banyak sekolah yang masih kekurangan fasilitas dasar, tenaga pengajar yang kompeten, dan kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman.Momen Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sumatera Barat, dan bahkan di seluruh Indonesia, adalah contoh, yang setiap tahun selalu menjadi sorotan dan kritik tajam dari masyarakat, namun mana solusinya sampai saat ini. Sistem yang ada sering kali tidak memihak pada rakyat. Banyak anak-anak yang seharusnya mendapatkan haknya untuk bersekolah, terpaksa harus gigit jari karena tidak lolos seleksi atau karena terbatasnya kuota. Sungguh ironis, ketika di satu sisi pemerintah beretorika tentang bonus demografi yang konon akan menjadi keuntungan besar bagi Indonesia, namun di sisi lain, mereka gagal menyediakan pendidikan yang layak bagi anak-anak bangsa.
Bagaimana mungkin kita bisa berbicara mengenai Indonesia Emas 2045 jika masalah mendasar seperti pendidikan saja belum mampu diselesaikan? Cerita macam apapula itu?? Agak lain emang.. !!
Retorika tanpa tindakan nyata hanya akan menjadi omong kosong belaka. Pemerintah khususnya di Sumatera Barat harus lebih serius dalam mengatasi masalah ini, bukan hanya dengan janji-janji manis, tetapi dengan langkah konkret yang benar-benar berpihak pada rakyat.
Kritik ini saya sampaikan sebagai bentuk kepedulian dan cinta terhadap bangsa. Mari kita bangun Indonesia yang benar-benar Emas, bukan hanya dalam angan-angan, tetapi juga dalam tindakan nyata yang berpihak pada kesejahteraan rakyat. (*)