Sawahlunto dikenal luas sebagai bekas pusat pertambangan batubara yang berpengaruh di Indonesia. Pada puncaknya, aktivitas pertambangan ini tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi kota, tetapi juga menarik perhatian internasional. Karena kontribusinya yang signifikan dalam sejarah industri pertambangan Indonesia, lima tahun lalu tepatnya Juli 2019, Sawahlunto diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Pengakuan ini seharusnya menjadi modal besar bagi kota ini untuk membangkitkan kembali potensi ekonominya melalui pariwisata budaya.
Bagi saya pribadi, Sawahlunto bukan hanya sekadar nama sebuah kota, tetapi juga tempat di mana saya menghabiskan masa-masa penting dalam pendidikan SMP dan SMA. Di sini, saya menyaksikan perubahan-perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, dari masa kejayaan pertambangan batubara hingga tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi kota saat ini.
Namun, seiring berkurangnya aktivitas pertambangan, daya tarik ekonomi Sawahlunto menurun. Kota ini menghadapi tantangan untuk beralih dari ketergantungan pada sektor tunggal tersebut menuju ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan mengoptimalkan potensi pariwisata dan memanfaatkan statusnya sebagai kota warisan UNESCO. Saat ini, jumlah wisatawan yang mengunjungi Sawahlunto belum mencapai potensi maksimalnya, menunjukkan perlunya strategi yang lebih efektif dalam mempromosikan destinasi ini secara global.
Pada tahun 2024, pemerintah kota mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar 635 miliar. Dari jumlah ini, Pendapatan Asli Daerah (PAD) diperkirakan mencapai 74 miliar, yang mengindikasikan ketergantungan yang masih signifikan pada sumber daya tambahan di luar PAD untuk memenuhi kebutuhan anggaran. Alokasi anggaran operasional, termasuk belanja pegawai, barang/jasa, hibah, dan lain-lain, mencapai 550 miliar atau sekitar 86.6% dari APBD. Sementara itu, anggaran untuk belanja modal yang mencakup investasi infrastruktur dan pengembangan jangka panjang terbatas pada 84.9 miliar atau sekitar 13.4% dari APBD.
Ketergantungan Sawahlunto pada belanja operasional menyoroti pentingnya pemeliharaan layanan publik dan dukungan terhadap ekonomi lokal melalui investasi yang berkelanjutan. Meskipun anggaran modal terbatas, pendanaan ini tetap krusial untuk pengembangan infrastruktur dan proyek-proyek strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, strategi pengelolaan anggaran yang cermat dan inovatif diperlukan.
Sawahlunto juga memiliki potensi besar untuk terus menjadi contoh kota inklusif dan plural di Indonesia. Keberagaman penduduknya, yang terdiri dari berbagai suku dan agama, adalah kekuatan yang harus terus dirayakan dan dipertahankan. Dalam sejarahnya, Sawahlunto dikenal sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Keberagaman ini seharusnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mencari pengalaman budaya yang kaya dan unik.Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa nilai-nilai inklusivitas ini terus diperkuat dan dipromosikan. Sawahlunto tidak boleh sekadar menjadi kota pensiunan atau tempat di mana orang terlalu menggantungkan hidup pada pengeluaran pemerintah dan aktivitas politik. Meskipun anggaran pemerintah penting, ketergantungan yang berlebihan dapat melemahkan daya saing dan kreativitas masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Sawahlunto untuk mengembangkan inisiatif-inisiatif mandiri yang dapat menggerakkan perekonomian lokal. Usaha kecil dan menengah (UKM), koperasi, dan komunitas kreatif dapat memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Partisipasi aktif masyarakat dalam berbagai aspek pembangunan kota sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang.
Pemerintah kota harus membuka ruang partisipasi yang luas bagi masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program pembangunan. Selain itu, pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi generasi muda harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa mereka memiliki kemampuan yang diperlukan untuk berkontribusi secara aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial kota.