Story Telling dalam Public Relation, Dimana Cerita Mengalir Sampai Jauh

Foto Yeni Maiasnita
×

Story Telling dalam Public Relation, Dimana Cerita Mengalir Sampai Jauh

Bagikan opini

Story telling is the most powerful way to put ideas into the world – Robert Mc Kee

Disadari atau tidak, dunia bergerak diatas roda cerita. Begitu yang terjadi dalam keseharian hidup. Seorang ibu memutuskan memasukkan anaknya kesebuah sekolah alasannya sederhana, setelah ia bertanya kiri kanan pada ibu ibu yang lain. Para ibu tersebut menceritakan bagaimana anak anak mereka berkembang pesat karena bersekolah di satu tempat dengan fasilitas memadai, guru guru yang peduli dan lingkungan yang teruji. Jadilah si ibu yang bertanya ikut mendaftarkan anaknya bersekolah disana.

Dilain sisi, sebuah produk berhasil menembus target penjualan karena sukses menciptakan narasi betapa berharganya kulit mulus putih berseri. Standar kecantikan yang dibentuk melalui cerita. Dari mulut kemulut hingga akun ke akun didunia digital saat ini. Para influencer menguatkan cerita bahwa pengakuan hanya diberikan pada seseorang yang berhasil memoles dirinya hingga putih dan licin bak porselen. Untuk itu belilah produk yang ia pakai. Masyarakat percaya dan termakan cerita itu lalu latah ikut membeli.

Ada banyak contoh lain yang bisa disampaikan jika ingin mengungkit dahsyatnya kekuatan cerita yang diceritakan atau story telling. Sebuah cerita yang dikemas dengan baik, disampaikan dengan meyakinkan ternyata mampu menggerak seseorang bahkan komunitas masyarakat. Artinya ada keberhasilan unsur kehumasan disini.

Dalam konteks kehumasan, Scoot M Cutlip dan Allen H. Center dalam bukunya yang berjudul Effective Public Relation mengatakan, ketika seorang public relations menyusun kampanyenya maka terlebih dahulu ia mencari tahu, riset dalam rangka fact finding kemudian ia melakukan perencanaan, melakukan komunikasi dan aksi terakhir evaluasi.

Agar kampanye yang diluncurkan oleh seorang public relations bisa berhasil maka ia harus menyusun strategi dan taktik yang mumpuni. Menyusun strategi adalah membangun konsep, membangun kerangka berfikir. Berdiri diatas fakta yang terjadi dimasyarakat, inilah yang menjadi landasan untuk bertindak barulah kemudian taktik mengikuti strategi.

Strategi dapat dibangun dengan memanfaatkan media. Dibangun dengan memanfaatkan narasi. Mempengaruhi pikiran masyarakat dengan cara menyampaikan cerita. Semua orang menyukai cerita, karena itulah roda penggerak kehidupan didunia ini. Menjual sesuatu dengan memanfaatkan cara berpikir lebih sustain ketimbang menjual dengan cara memanfaatkan gimmick saja.

Ketika seorang public relation menggunakan teknik story telling dalam kampanyenya, maka pada dasarnya ia sedang menghembuskan mitos. Dalam mitos ada persepsi, makna, keyakinan, inilah yang menggerakkan orang. Pesan yang diselipkan dalam cerita akan lebih mudah menyentuh sisi emosional seseorang. Orang orang yang punya kesamaan pola, kesamaan pemikiran, kesamaan persepsi, persamaan nasib dan hal emosional lainnya sudah tentu akan sangat mudah terpengaruh dengan kampanye dalam bentuk story telling tersebut.

Tujuan utama dari storytelling adalah untuk membuat publik terlibat secara emosional dengan cerita yang disampaikan, sehingga mereka lebih mudah mengingat pesan atau informasi yang ingin disampaikan.Apalagi jika praktisi public relations mampu memberikan value pada kampanyenya.

Ambil contoh kampanye “Real Beauty” yang diluncurkan Dove pada tahun 2004 lalu. Kampanye ini sangat sukses bahkan masih relevan hingga sekarang, satu dekade kemudian. Dalam kampanye ini Dove mengusung nilai dengan menantang standar kecantikan konvensional. Dove memilih menampilkan perempuan dalam bentuk “real”, apa adanya seperti kebanyakan perempuan yang ada didunia. Upaya merk untuk melawan standar kecantikan perempuan yang hampir tidak realistis.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini