Membayangkan tawuran di kalangan remaja Kota Padang membuat saya khawatir masa depan mereka. Setiap kunjungan yang Saya lakukan ke masyarakat, selalu dikeluhkan mengapa pemerintah kota tidak bisa mencegah tawuran ini. Kadang Saya juga bertanya, mengapa anak-anak kita ini tawuran? Apakah ini menjadi kultur baru mereka dalam bergaul untuk menunjukan solidaritas? Ataukah ini menjadi kebanggaan (semu) mereka karena terkait dengan identitas kelompok yang harus ditonjolkan? Atau apa? Sulit menjawabnya karena tentu akan banyak asumsi yang akan muncul sebagai jawaban.
Walaupun begitu, menurut Saya yang penting adalah bagaimana mengatasi masalah ini sehingga tawuran ini tidak lagi menjadi masalah bagi warga Kota Padang. Dari diskusi dengan banyak pihak dan identifikasi yang saya lakukan terhadap solusi yang dibahas, perlu ada strategi dan keterlibatan banyak pihak dalam menangani masalah ini. Tidak mungkin hanya pemerintah kota, orang tua dan sekolah yang dibebani, namun semua pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan masalah tawuran ini.
Untuk strategi, misalnya, Saya berpikir langkah utama yang harus dilakukan sebagai asas dalam menangani masalah tawuran ini dalam jangka panjang adalah dengan menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada anak-anak di usia dini dan usia sekolah. Penanaman nilai ini menjadi hal penting bagi anak-anak di usia dini guna membangun karakter mereka. Karena pada akhirnya karakter inilah yang menjadi dasar perilaku mereka ketika beranjak remaja dan dewasa. Sayangnya, masalah ini belum mendapat perhatian serius oleh pemerintah kota sehingga dampaknya tidak terlihat ketika mereka remaja. Mengharapkan orang tua mendidik mereka, tentu tidak akan maksimal karena kesibukan mereka. Padahal anak-anak di usia dini dan usia di sekolah dasar ini adalah masa-masa emas membentuk karakter unggul untuk masa depan mereka.
Strategi lain tentunya adalah dengan menegakan aturan terkait dengan pengawasan dan pembatasan aktivitas siswa di luar jam sekolah terutama di malam hari. Faktanya, kejadian tawuran seringkali terjadi di tengah malam dan bahkan dini hari ketika masyarakat terlelap. Yang membuat Saya heran, kok bisa anak-anak remaja ini dengan leluasa keluar rumah di tengah malam tersebut. Kemana orang tuanya? Apakah mereka tidak dilarang "keluyuran" di tengah malam tersebut? Tentu realita ini juga perlu dijelaskan dan Saya menduga ini juga menjadi salah satu akar masalah yang perlu diselesaikan segera.
Misi Pemerintah Kota
Menurut Saya menyelesaikan masalah ini harus dimulai dari pemerintah kota. Dengan sumber daya dan anggaran yang dimiliki sebenarnya pemerintah kota bisa lebih leluasa membuat kebijakan yang relevan. Saya yakin kebijakan tersebut sudah ada, namun sayangnya belum bersentuhan dengan akar masalah yang ada dalam masyarakat. Belum lagi persoalan implementasi aturan yang selalu gagal mengantisipasi tawuran tersebut. Rendahnya konsistensi dalam melaksanakan dan menegakan sanksi terhadap pelanggaran aturan tersebut menyebabkan masalah tawuran ini berulang. Kejadian berulangnya kejadian tawuran ini adalah kegagalan sistem pencegahan yang mestinya dibentuk bersama oleh semua pemangku kepentingan di Kota Padang.Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemerintah kota? Saya selalu menyampaikan pemikiran tentang pentingnya membentuk karakter anak yang dimulai dari usia dini. Untuk menjadikan strategi pembentukan karakter ini efektif, maka perlu dibentuk dalam bentuk program yang berkesinambungan yang diwujudkan dalam bentuk kurikulum. Hal utama yang perlu dilakukan adalah kurikulum pendidikan anak usia dini ini perlu dievaluasi. Apakah pemerintah daerah sudah memasukan materi yang terkait dengan moral dan etika sehingga mempengaruhi pembentukan karakter anak usia dini di Kota Padang? Idealnya persentase materi pendidikan karakter ini harus lebih besar dibandingkan materi lain agar anak-anak usia dini dan sekolah dasar memahami dengan baik nilai moral dan etika ini sebagai dasar pembentukan perilaku mereka di masa depan.
Tidak hanya itu, bahkan untuk mendukung penerapan kurikulum ini, maka perlu guru-guru yang unggul dan kompeten untuk mentransfer materi kurikulum tersebut. Karenanya sertifikasi guru-guru pendidikan usia dini dan sekolah dasar juga perlu dilakukan. Konsekuensinya tentu pada kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, saya akan memberi perhatian pada aspek ini dan memasukkannya ke dalam misi dan program kerja pemerintah kota, jika terpilih menjadi Walikota Padang.
Satgas Perda
Setelah penguatan karakter pada anak pada usia dini dan sekolah dasar dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah masalah penegakan aturan. Selama ini yang terlihat aturan yang ada belum bisa diimplementasikan dengan baik. Saya menyadari penegakan aturan oleh birokrasi terlihat belum optimal. Keterbatasan yang dimiliki birokrasi pemerintah harus dibantu dengan memperkuat sistem penegakan aturan ini dengan melibatkan banyak pihak. Hal utama yang akan Saya lakukan adalah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Penegakan Perda yang melibatkan semua unsur. Diinisiasi oleh Satuan Polisi Pamong Praja, PPNS, Babinsa dari TNI, Bhabinkamtibmas dari kepolisian, Pemuda di Kecamatan, Unsur Tungku Tigo Sajarangan, dan Bundo Kanduang. Mereka diberi kewenangan untuk mengawasi, membina dan menindak pelanggar Perda di Kota Padang termasuk masalah tawuran ini. Muaranya adalah terbentuknya kesadaran hukum sehingga memunculkan budaya hukum yang kuat dalam masyarakat. Ini memang tidak mudah karena melibatkan lintas institusi dan biaya tentu tidak sedikit. Namun, dengan adanya Satgas Penegakan Perda ini membawa dampak positif bagi warga Kota Padang, terutama menertibkan masalah parkir liar, masalah kebersihan, penertiban pedagang kaki lima yang ada di trotoar serta bahu jalan, tenda-tenda liar dan banyak lagi yang lain. Bagaimanapun, untuk sebuah transformasi wajah Kota Padang yang lebih baik, Saya akan menjadikan program ini sebagai salah satu misi penting yang akan dimasukan dalam program unggulan.