Banyak wistawan yang berkunjung ke Sumatera Barat pada awal abad ke-20. Mereka datang dari berbagai negara dan datang secara berombongan atau sendirian. Banyak juga di antara wisatawan itu yang menuliskan kunjungannya dalam buku catatan perjalanan (travelogue). Salah satu di antaranya adalah Parada Harahap.
Parada Harahap yang sering menyingkatkan namanya menjadi PH menuliskan kesan kunjungannya di Sumatera Barat dalam traveloguenya yang berjudul Dari Pantai Ke Pantai, Perdjalanan ke Soematra, October-Dec. 1925 dan Maart-April 1926 (1926). Buku ini diterbitkan oleh penerbit ‘Bintang Hindia’. Bintang Hindia adalah juga nama sebuah surat kabar berbahasa Melayu terkemuka di Hindia Belanda sebelum Perang Dunia ke-2, dan saat berkunjung ke Sumatera Barat, PH adalah Pemimpin Redaksi surat kabar tersebut.
Catatan khususnya selama di Sumatera Barat tersaji mulai halaman 37 s,d. 114, atau sekitar 77 halaman dari 251 halaman bukunya. PH menghabiskan waktunya selama enam hari, dan mengunjungi banyak kota/ destinasi wisata di Sumatera Barat.
PH sampai di Sumatera Barat hari Rabu tanggal 14 Oktober 1925 dan datang ke negeri ini melalui Emmahaven (Teluk Bayur). PH datang dengan kapal Sloet van de Beele milik Perusahaan KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij), sebuah perusahaan perkapalan ‘nasional’ Hindia Belanda. PH meninggalkan Sumatera Barat tanggal 20 Oktober dan menjadikan Lubuk Sikaping serta Rao sebagai daerah terakhir yang dikunjunginya. PH meninggalkan Sumatera Barat dengan bus menuju Keresidenan Tapanuli dan selanjutnya ke Sumatera Timur.
Sebagaimana layaknya travelogue pada awal abad ke-20, ada banyak aspek yang disajikan PH dalam catatan perjalanannya. Di samping sajian tentang lingkungan alam, PH juga menyajikan keadaan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan sejarah Sumatera Barat (Minangkabau). Dan sesuatu yang paling menarik adalah disajikan disajikan dunia wisata Sumatera Barat. PH menyajikan aspek ini dalam satu bab tersendiri. Di samping itu, dia juga membicarakan dunia wisata daerah ini pada bab-bab lain yang membincangkan aspek yang lain.“Berdjalan-djalan – Melantjong-lantjong” adalah judul yang diberikan PH terhadap bab dunia wisata Sumatera Barat/Minangkabau. Pada bagian permulaan bab ini, PH menarasikan prasarana dan sarana transportasi yang bisa digunakan wisatawan untuk mengunjungi berbagai kota dan destinasi wisata di Sumatera Barat.
Di samping menggambarkan kondisi jalan kereta api dan jalan raya yang bagus, PH juga mengisahkan keberadaan dan pelayanan kereta api dan mobil (auto) di daerah ini. PH sangat tertarik dengan banyaknya jumlah mobil dan pelayanan yang diberikannya. Bahkan PH mengatakan bahwa kereta api sudah mulai tersaingi oleh mobil. Pelayanan auto lebih memanjakan penumpang dan jangkauannya juga jauh lebih luas dibandingkan dengan kereta api. Tidak itu saja, sewa auto juga jauh lebih murah dibandingkan dengan kereta api. Auto yang paling banyak di Sumatera Barat saat itu adalah buatan Amerika Serikat dengan merek Chevrolet dan Ford.
Selanjutnya PH mengatakan bahwa Minangkabau (Sumatera Barat) memiliki banyak landschap yang indah. Karena itu dia menyarankan kepada wisatawan untuk mengunjungi sejumlah daerah.