Dalam berbinis terdapat berbagai macam model bisnis yang harus dipahami oleh para pelaku usaha. Namun, intinya ada pada fokus tentang bagiaman mendapat keuntungan atau profit dari bisnis yang akan dijalankan. Menurut para ahli, banyak definisi tentang model bisnis. Peter F. Drucker (1909-2005) yang dikenal sebagai Bapak Manajemen Moderen, menjelaskan bahwa model bisnis adalah bagaimana perusahaan menghasilkan uang atau bagaimana perusahaan menciptakan nilai bagi perlanggan dan memperoleh pendapatan dari nilai yang dihasilkan. Drucker dianggap sebagai perintis banyak konsep bisnis yang sekarang menjadi bagian dasar dari ilmu manajemen moderen.
David J. Teece (2010) melihat model bisnis sebagai “desain untuk menciptakan dan memberikan nilai kepada pelanggan, serta menangkap nilai dalam bentuk laba.” Ia menekankan bahwa model bisnis adalah elemen kunci dari inovasi, terutama dalam industri yang cepat berubah. Teece dikenal sebagai salah satu pemikir terkemuka dalam bidang dynamic capabilities, yaitu konsep mengenai bagaimana perusahaan dapat berkembang dan beradaptasi di lingkungan bisnis yang cepat berubah.
McDonald’s dikenal luas sebagai jaringan restoran cepat saji global yang menjual burger, kentang goreng, ayam goreng, dan berbagai jenis makanan cepat saji lainnya. Namun, yang mungkin tidak banyak diketahui oleh publik adalah bahwa model bisnis McDonald’s jauh lebih kompleks dan cerdas daripada sekadar menjual makanan. Di balik kesuksesan restoran-restorannya, terdapat strategi bisnis properti yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan perusahaan. McDonald’s memiliki sebagian besar properti yang digunakan oleh restoran mereka dan kemudian menyewakannya kepada pemegang waralaba. Ini berarti bahwa selain memperoleh keuntungan dari penjualan makanan, perusahaan juga mendapatkan pendapatan tetap dari penyewaan properti tersebut.
Bisnis berbalut properti seperti yang dilakukan oleh McDonald’s dikenal sebagai strategi berbasis aset atau asset-based strategy dalam teori ekonomi. Dalam konteks ini, bisnis utama McDonald’s memang adalah restoran cepat saji, namun perusahaan juga mengandalkan kepemilikan dan pengelolaan aset properti (lokasi atau tanah tempat restoran beroperasi) sebagai sumber pendapatan tambahan dan kekuatan finansial jangka panjang.
Pada model bisnis ini, perusahaan berfokus untuk memiliki atau mengendalikan lokasi-lokasi strategis di area berpotensi tinggi dan kemudian menyewakannya ke franchisee. Hal ini memungkinkan mereka memiliki aliran pendapatan ganda, baik dari operasi restoran maupun dari properti, yang sekaligus mengurangi risiko karena aset tanah atau properti cenderung mengalami kenaikan nilai dari waktu ke waktu.
Strategi bisnis berbasis aset adalah pendekatan di mana perusahaan menggunakan aset-asetnya yang unik dan berharga sebagai dasar untuk membangun keunggulan kompetitif. Aset ini bisa berupa aset fisik (seperti properti, pabrik, dan peralatan), aset intelektual (seperti hak paten atau merek), atau aset non-fisik lainnya (seperti hubungan pelanggan atau reputasi perusahaan). Teori ini menekankan bahwa dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan aset yang dimiliki, perusahaan dapat menciptakan nilai lebih, meningkatkan efisiensi, dan mempertahankan posisi kompetitif di pasar.Tentang Strategi Bisnis Berbasis Aset secara Teori
Strategi berbasis aset adalah salah satu pendekatan yang sesuai dengan teori Resource-Based View (RBV), yang menyatakan bahwa keunggulan kompetitif jangka panjang dari suatu perusahaan bergantung pada pengelolaan sumber daya internalnya yang bernilai, langka, sulit ditiru, dan tidak tergantikan (VRIO framework). Pendekatan RBV menyoroti pentingnya aset sebagai elemen yang membedakan perusahaan dalam menciptakan nilai dan bertahan dari persaingan.
Teori ini menyatakan bahwa dengan mengidentifikasi, mengamankan, dan mengelola aset-aset unik, perusahaan dapat mengembangkan kapabilitas yang sulit dicontoh oleh pesaing, sehingga menciptakan penghalang kompetitif yang kuat. Sebagai contoh, perusahaan teknologi dapat mengandalkan paten dan hak cipta, sedangkan perusahaan manufaktur dapat memanfaatkan keahlian teknis atau skala ekonomi.
Kemudian, Michael Porter yang lebih terkenal dengan teori lima kekuatan kompetitif dan strategi generik, menyoroti pentingnya keunikan aset dalam menciptakan keunggulan kompetitif, terutama dalam strategi diferensiasi. Menurutnya, ketika perusahaan menggunakan aset unik, mereka bisa menciptakan nilai lebih bagi konsumen yang tidak bisa ditiru oleh kompetitor.