Kamis (21 November), lewat sedikit tengah malam, Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ulil Ryanto Anshari, menjadi korban penembakan yang dilakukan rekannya, Kabag Ops Polres Solok Selatan, AKP Dadang Iskandar.
Menurut Kapolda Sumbar, polisi tembak polisi itu terjadi gara-gara galian C. Namun, ada juga anggota masyarakat yang berpendapat bahwa penembakan ada hubungannya dengan kegiatan penambangan emas liar yang marak di Solok Selatan.
Kita mempercayai pendapat Pak Kapolda sebagai pihak yang berwenang, namun mengapresiasi pula pandangan warga masyarakat yang tentu punya referensi lain.
Adanya kematian, musibah dan bencana dalam pencarian emas adalah bagian dari sejarah panjang penambangan logam mulia ini di Sumatera Barat.
Sekitar dua bulan yang lalu, tepatnya di penghujung September, 15 orang penambang tewas tertimbun longsor saat mencari emas di Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok.
Sebelum petaka Sungai Abu, pada bulan Maret, seorang penambang emas juga tewas di lokasi penambangan Rumput Pahit, Mangani, Kabupaten Limapuluh Kota.Bila dirunut ke belakang, nampaknya hampir tiap tahun ada musibah yang menimpa penambang emas di daerah ini. Bulan Oktober 2022 seorang warga Jorong Koto Tuo, Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya hanyut diseret Arus Sungai Batanghari.
Menurut keterangan sebagian warga, korban hanyut ketika mencari emas di bantaran sungai. Masih tahun yang sama, Juli 2022 tiga warga Nagari Alahan Nan Tigo, Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya juga tewas di lubang tambang emas.
Di tahun-tahun sebelumnya, tetap ada berita tentang penambang yang tewas saat mencari emas, atau mendapat musibah (sakit dalam waktu yang lama sebelum meninggal dalam keadaan yang mengenaskan).
Banyaknya penambang yang tewas dan mendapat musibah merepsentasikan banyaknya orang yang terlibat dalam pencarian emas. Banyaknya orang yang menambang emas sejalan pula dengan banyaknya emas di Sumatera Barat.