Dikembalikan ke Guru Biasa dan Membangun Sekolah Tercinta

Foto Nurma, S.Pd,.M.Pd
×

Dikembalikan ke Guru Biasa dan Membangun Sekolah Tercinta

Bagikan opini
Ilustrasi Dikembalikan  ke Guru Biasa dan  Membangun Sekolah Tercinta

Ketika saya dikembalikan ke guru karena masa periode jabatan kepala sekolah saya telah kedaluwarsa (17 tahun). Jujur saja saya merasa kesuksesan yang diimpikan untuk dunia pendidikan telah terkubur bersama kembalinya diri ini menjadi guru biasa. Anggapan saya itu bukan tanpa alasan di waktu itu. Waktu di SD terakhir saya pimpin saya telah berjanji di hati ini. Janji itu saya ucapkan pada seluruh tokoh masyarakat dan wali murid pada pertemuan pertama saat saya di tempatkan di SD tersebut.

Saya ingin menjadikan SD negeri biasa menjadi SD negeri favorit yang banyak dirindui para orang tua wali murid. Janji dan impian itu sebagian telah terwujud berkat kerjasama guru-guru hebat tokoh masyarakat, komite di SD tersebut. Namun impian itu baru 50% terwujud, karena sepanjang waktu saya punya ide dan mimpi untuk kemajuan sekolah kedepannya.

Kenapa saya merasa kalau diri ini tidak akan bermanfaat untuk banyak anak lagi, karena sebagai kepala sekolah jika punya ide, mimpi untuk sekolah yang dipimpin. Sebagai kepala sekolah yang punya “power” untuk merencanakan, dan untuk berbuat mau kemana saya arahkan sekolah yang saya pimpin.

Saya selalu teringat dengan nasihat teman saya yang katanya begini, “Gunakan kanlah power itu untuk berbuat kebijakan demi anak didik. Walau cuma sebagai kepala sekolah. Alhamdulillah dengan power dimiliki sebagai kepala sekolah di tempat SD yang lama saya mampu mendirikan TPQ sekolah, sehingga saya bisa menyelamatkan anak-anak dari buta baca tulis Alquran, dan serta mendirikan rumah tahfidz hingga bisa melahirkan puluhan hafidz. Rumah tahfidz itu saya beri nama “Rumah Tahfidz Siratul Jannah” yang artinya jalan menuju surga.

Harapan dari arti itu semoga orang-orang yang mendukung rumah tahfidz mulai dari bupati, kepala daerah, masyarakat orang tua wali murid dan guru semoga sama-sama dapat pahala berjamaah sehingga memudahkan jalan menuju surga.

Jika sebagai guru, saya saya hanya bisa mengajar satu kelas saja, dan melaksanakan aturan, perintah. Walau sedikit masukan yang diharapkan dari saya sebagai guru senior, namun saran itu tidak keputusan, yang biasa saya ambil saat memimpin sebagai kepala sekolah 17 tahun lamanya.

Banyak orang bilang kalau saya akan senang dan bahagia, karena hanya memikirkan satu kelas saja lagi, yaitu ruangan 7 x 8 meter. Mungkin berbeda dengan saya sebagai pribadi. Dalam bertugas saya suka tantangan. Perjuangan, walau tertatih-tatih tapi, alhamdulillah selalu dibantu guru-guru yang komit. Di ujungnya saya selalu merasa berhasil dalam mencapai yang ingin saya tuju.

Hari Kelabu Saat Menerima Pergantian SK

Rabu, saya bersama guru dan siswa gotong royong. Setelah kembali ke ruangan kantor saya lihat ada beberapa panggilan tak terjawab, ternyata dari Korwil Pendidikan. Setelah saya telepon balik, ternyata dia memerintah saya segera mengambil SK jadi guru ke kantor bupati. Di tengah perjalanan menuju kantor bupati, HP saya berdering, segera saya angkat. Ternyata dari salah seorang teman yang juga harus menerima SK kembali jadi guru juga hari itu, dia bertanya, “Nur, kita pakai baju apa kesana?Langsung saya jawab, ya, karena hari ini hari Rabu ya pakaian kita baju putih, rok hitam dan jilbab pink. Saya jawab lagi sambil berkelakar,” jangan harap pakai kebaya dan jas, hari ini kita bukan dilantik sebagai kepala sekolah, melainkan mau diberhentikan jadi kepala sekolah. Saya dengar suara tertawanya dari balik hp.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini