Wihaji, Menteri Prabowo Nan Rendah Hati

Foto Catatan: M. Fajar Rillah Vesky
×

Wihaji, Menteri Prabowo Nan Rendah Hati

Bagikan opini
Ilustrasi Wihaji, Menteri Prabowo Nan Rendah Hati

Namanya, Wihaji. Gayanya santai. Jauh dari kesan formal Apalagi tetek-bengek protokoler. Padahal, Wihaji adalah Menteri dalam Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran.

Mantan Bupati Batang, Jawa Tengah, itu dipercaya Presiden Prabowo Subianto mengurus kependudukan dan keluarga. Tepatnya, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia, serta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Meski seorang menteri, Wihaji tetap rendah hati.

Penampilannya sederhana sekali. Sepintas, mirip gaya mantan Presiden Joko Widodo. Memakai kemeja putih, celana hitam, dan sepatu kets. Mirip pula dengan gaya mantan Menteri BUMN, Abah Dahlan Iskan.

Saat berada di tengah-tengah audiens, Wihaji komunikatif sekali. Bicaranya lugas dan jelas. Saya terpana, saat pertama kali melihatnya bicara dalam forum Upgrading Nasional Legislator Partai Golkar di Jakarta, Desember 2024.

Wihaji tampil beda. Dia mondar-mandir mendekati audiens. Meninggalkan meja yang ditempati bersama moderator diskusi: Putri Anetta Komaruddin. Topik diskusi yang lumayan berat. Seputar dinamika kependudukan dan pembangunan keluarga di Indonesia, menjadi renyah ketika dinukilkan Wihaji.

Ini menteri betul-betul luar biasa. Bicara berbasiskan data. Dia paparkan basis data keluarga Indonesia. Mulai dari remaja yang jumlahnya 56.847.986 jiwa. Sampai warga lansia (lanjut usia) yang berjumlah 26.366.912 jiwa.

Tak lupa, Wihaji bicara soal calon pengantin di Indonesia yang pada 2024 mencapai 244.188 jiwa. Kemudian, pasangan usia subur yang berjumlah 39.387.357 jiwa, ibu hamil 784.633 jiwa, Bayi Dua Tahun (Baduta) 4.770.032 jiwa, dan Balita yang berjumlah 11.903.118 jiwa.

Baca juga: Seniman Istana

Saya semakin terbelalak, saat Wihaji menjelaskan jumlah keluarga beresiko stunting di Indonesia yang mencapai 8.682.170 jiwa. Wihaji menargetkan, angka stunting itu dapat ditekan menjadi 5,7 persen. Syaratnya, Wihaji mengutip Abraham Maslow, empu teoretikus asal Amerika Serikat yang menulis buku Hierarchy of Needs.

Menurur Wihaji, angka stunting bisa ditekan, bila negara dapat memenuhi kebutuhan mendasar, seperti yang dimaksud Abraham Maslow. Wihaji pun memaparkan problematika terkait stunting dan kebutuhan mendasar hari ini. Seperti, pendidikan orang tua rendah, sanitasi dan air tidak layak, serta kebutuhan gizi tidak terpenuhi.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini