Empat tahun pelaksanaan waterleiding belum menampakkan hasil. Bahkan uang yang telah dihabiskan beribu-ribu gulden itu, belum menampakkan hasil. Seijers – Asisten Residen Agam pada 1922 pun menegaskan, bahwa masyarakat tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk mengalirkan air dari Bulakan Batupai ke Koto Gadang.Apa sebabnya?
Fort de Kock Butuh Waterleiding
Rupanya W.J Cator – asisten residen Fort de Kock (kini: Bukittinggi) memang membutuhkan pasokan air bersih tambahan. Pasalnya, kebutuhan air bersih untuk kota rang Agam yang berasal dari Sungai Tanang tidak lagi mencukupi.
Kalau Cator menginginkan pasokan air dari Bulakan Batupai, tentu pipanya akan melewati dua nagari, yakni Nagari Koto Tuo dan Koto Gadang. “Kalau KG meminta sebagian pada air ini kepada Gemeente tentu sudah tentu diberinya, jadi beruntunglah Kota Gedang” – demikian Ketua Comitte Waterleiding dalam sambutannya pada 30 Januari 1933.
Gayung bersambut. Cator kemudian mengutus empat orang Belanda, masing-masing dua orang ahli air, seorang insinyur, dan seorang arsitek. Gambar dari arsitek itulah yang menjadi dasar dari aliran waterleiding dari kaki Gunung Singgalang hingga ke jantungnya Fort de Kock.
Pada 1924, terjadi pergantian pucuk pimpinan di Agam. Seijers digantikan oleh Rookmaaker. Ia mendengar keluhan, bahwa uang yang dikumpulkan warga Koto Gadang sekitar f 4000 – belum mencukupi untuk pembangunan pipa waterleiding.
Rookmaker kemudian mencari terobosan. Ia memerintahkan pada pegawainya untuk membangun penangkap air di Bulakan Batupai. Pembangunan bak penangkap air ini juga direstui oleh Datuk Tumanggung – kepala negeri Koto Tuo, serta Datuk Rajo Malintang – hoofd Onderdistrict IV Koto. Namun, pasca pembangunan penangkap air, Rookmaker pun pindah. Kelanjutan pembangunan waterleiding pun terhenti.Lima tahun kemudian, proyek pemasangan pipa kembali dimulai Tepatnya pada 1929, Groeneveldt menjabat selaku asisten residen Agam. Setelah melihat terbengkalainya waterleiding, Groeneveldt yang baru menjabat beberapa bulan itu, segera menyurati Gubernur Jendral Hindia Belanda Bonifacius Cornelis de Jonge.
Ia menyurati de Jonge, agar pemerintah mengucurkan pinjaman tanpa bunga sebesar f 20.000. Namun, permintaan dari Groeneveldt ditolak. Apa pasal? Tentunya jumlah pinjaman yang diajukan ini sangat besar Groeneveldt, mengingat Hindia Belanda dihadapkan dengan dampak awal dari depresi ekonomi yang menghantam dunia.
Kembali pengerjaan waterleiding tertunda terhitung sejak 1924 sampai 1932. Pasca berakhirnya kepemimpinan Groeneveldt, posisi asisten residen Agam pun beralih tangan pada A.I Spits.