Grendel dan Kurikulum Minang, Pandai Menulis, Suka Baca, Pintar Pidato, Tenang Berdebat

Foto Khairul Jasmi
×

Grendel dan Kurikulum Minang, Pandai Menulis, Suka Baca, Pintar Pidato, Tenang Berdebat

Bagikan opini
Ilustrasi Grendel dan Kurikulum Minang, Pandai Menulis, Suka Baca, Pintar Pidato, Tenang Berdebat

Ilmu boleh berbeda tapi mestilah pandai menulis, gemar membaca, pintar berpidato dan tenang dalam berbedat. Inilah antara lain, grendel kenapa orang Minang doeloe menjadi hebat.

Sebab lain jadi hebat tentu karena sekolah. Bisa sekolah disebabkan kemauan dia, orangtua dan lingkungan. Transportasi dengan kereta api lancar dari desa ke kota. Juga jalan raya. Madrasah atau sekolah umum.

Apapun sekolahmu, waktu itu, semua membaca buku terbitan Belanda, Batavia, Mekkah dan bacaan puluhan majalah dan suratkabar. Mereka harus membaca kalau tidak, ketinggalan. Ini, karena isu-isu kemerdekaan, aliran-aliran pemikiran besar, berkembang; demokrasi, sosialisme dan komunisme. Gerakan Pan Islam, perdebatan amat sengit kaum tua dan muda, memaksa mereka harus membaca.

Di madrasah, santri wajib bisa berpidato. Materinya dari bahan ajar. Soal agama, politik dan nasib rakyat. Karena mesti berpidato, mereka mesti membaca.

Pidato juga melahirkan generasi Minangkabau yang paham filsafat, hukum-hukum adat dan tradisi. Ini didapat dari pidato adat yang panjang, adu argumentasi dan mengasyikan.

Pidato di kelas, pidato adat di tengah masyarakat, seperti aliran Sungai Aufrat dan Tigris di Asia Barat yang punya andil cukup besar dalam membangun peradaban dunia. Duo sungai pidato itu lalu melahirkan anak-anak Minang yang mahir bersilat lidah. Berilmu.

Membaca, berpidato melahirkan kebiasaan menulis. Semua pejuang Minangkabau 1900-an itu adalah guru dan penulis kemudian wartawan. Tak peduli apapun spesialisasi pendidikannya.

Karena membaca, berpidato dan menulis adalah keterampilan, maka isinya adalah ilmu. Ini membawa mereka tenang dalam berdebat dalam berbagai forum dan tingkatan. Semua kepiawaian di atas memotovasi anak Minang untuk jadi diplomat.

Itulah sebabnya, jika ingin menyemput masa lampau nan gemilang itu, maka di sekolah dan madrasah mesti dihidupkan lagi dengan serius: membaca, menulis, debat dan pidato. Semua itu seperti membawa motor di belantara kota. Apakah Anda dokter, sarjana kehutanan, pertanian, geografi, matematika, sejarah, sarjana agama, terserah. Yang penting, anda dengan lincah bisa bawa motor dan selamat sampai kembali ke rumah. Demikian juga empat sekawan, tulis, baca, debat dan pidato, mesti dikuasai. Inilah kurikulum Minangkabau itu.

Pak Gubernur, cobalah, Insya Allah Minang bisa sukses lagi. ***

Bagikan

Opini lainnya
arisal aziz
Terkini