Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Foto Novelia Musda
×

Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Bagikan opini
Ilustrasi Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Perlahan-lahan mulai terkuak bahwa Indonesia memiliki sejumlah mineral berharga di bawah tanahnya. Sebagian bahkan ada yang memilik cadangan terbesar dunia, seperti nikel dan aspal alam, yang keduanya paling melimpah di Sulawesi. Belakangan, perhatian ke logam tanah jarang seperti skandium, itrium dan serium pun mulai mengemuka dengan semakin tingginya minat investor Timur Tengah untuk eksplorasi mineral tersebut. Meskipun demikian, logam-logam yang lazim ditambang seperti emas, perak, timah dan tembaga masih tetap jadi primadona.

Produksi tembaga Indonesia masih di posisi 7 dunia, pada 2023 tercatat 840 ribu metrik ton. Papua dengan tambang PT Freeport Indonesia masih menyumbang setengah dari produksi tersebut. Upaya pencairan sumber-sumber tambang tembaga lainnya telah dilakukan intensif khususnya di Sulawesi dan Jawa. Wilayah yang terbukti memiliki kandungan tembaga dan bahkan termasuk obyek survey tambang paling awal Hindia Belanda ternyata Sumatera Barat. Kajian-kajian masa Hindia Belanda ini cukup menarik karena kita bisa pelajari bagaimana jelimetnya Belanda memetakan potensi mineral, mengkalkulasi potensi eksplorasi skala besar dengan bersandar survey-survey lapangan, tidak hanya bergantung dari satu-dua pakar dan diteliti sekali-dua kali.

Peneliti tambang yang kemungkinan besar pertama kali mempublikasi keberadaan bijih tembaga di Paninggahan adalah geolog perdana Dinas Tambang Hindia Belanda (Dienst van het Mijnwezen van Nederlandsch Oost-Indie) Otto FUJ Huguenin (1827-1871). Kajian ini dituangkan dalam artikel yang terbit pada 1854 berjudul Mijnbouwkundig Onderzoek der Koperertsen in de Residentie Padangsche Bovenlanden (Survey Tambang Bijih Tembaga di Residensi Padang Darat) dalam Bijdragen tot de Geologische en Mineralogische Kennis van Nederlandsch Indië door de Ingenieurs van het Mijnwezen in Nederlandsch Indië No. 6, sokongan Menteri Koloni Belanda.

Artikel tersebut memuat survey lapangan Huguenin atas potensi bijih tembaga di Sumatera Barat, khususnya afdeeling XX Kota pada perbukitan sisian timur dan barat Danau Singkarak, pada 1852 dan 1853, hanya 2 tahun setelah dinas tambang itu sendiri berdiri. Daerah yang diteliti menurut ejaan penulis adalah Timboelon, Batoemenjoeloe, Batoetiga, Pasilian, Tandjongbalit, Sibrambang, Samawang dan Peninggahan. Hanya di Tanjung Balit sang insinyur tak menemukan tembaga, dan untuk penambangan tembaga dia hanya merekomendasikan deposit di Batoetiga dan Paninggahan. Namun, rekomendasi ini bernada lemah sebab Huguenin menyarankan perlu survey lanjutan lebih serius untuk menemukan lebih banyak urat-urat mineral dengan posisi dan kelimpahan signifikan.

Hanya 4 halaman yang dicurahkan Huguenin dalam artikel tersebut untuk Paninggahan, sementara 25 halaman lainnya untuk daerah-daerah lain di sisi timur Singkarak. Perbukitan di sebelah barat Singkarak yang menjadi pembatas kawasan pesisir dengan dataran tinggi ini memang belum begitu banyak dieksplorasi, bahkan hingga saat ini. Menurut pandangan Huguenin, rangkaian perbukitan ini merupakan ekstensi langsung dari danau dan terdiri dari kapur kristalin, syenit dan batuan sabak (schiefer/slate) yang mengandung talkum (talc/ talk) dan klorit.

Pada interior perbukitan itulah asal dua sungai yang mengalir ke Danau Singkarak: Muaro Pingai dan Paninggahan. Sungai Paninggahan melintas arah timur-barat dan melalui jurang sempit di perbukitan. Dinding-dinding jurang tersebut nyaris tegak lurus di beberapa tempat, tapi kebanyakan bersudut antara 30 hingga 40 derajat. Dekat dengan jalur masuk jurang ini dapat ditemukan lapisan-lapisan tebal batuan sabak klorit yang mengandung kuarsa. Kuarsa dan biji-biji klorit hijau muda ini mudah dibedakan satu sama lain. Pada tepian sungai di dalam batuan sabak klorit ini terdapat urat mineral dengan bobot dan panjang lumayan. Sang geolog memperkirakan tebalnya lebih dari 9 kaki. Urat mineral ini terdiri dari kombinasi porfiri pirit tembaga, pirit besi dan kuarsa, serta sedikit kalsit, klorit dan besi magnet, di samping produk-produk pelapukan bijih.

Menurut pengamatan Huguenin, pada urat yang muncul ke permukaan dapat ditemui banyak massa berbentuk indah sarat kuarsa, oleh Inggris disebut Gossan, Perancis menyebutnya Chapeau de fer dan orang Jerman menamainya Eiserenhut. Massa ini adalah hasil peluruhan dan pelapukan pirit, yang muatan belerang serta tembaganya berubah menjadi asam sulfat dan tembaga oksida asam sulfat akibat paparan udara terbuka serta air. Mineral gossan di sini di Eropa mirip dengan yang ada di Cornwall, Inggris.

Selain gossan, di sekitar sungai tersebut dia juga menemukan bunga-bunga (efflorescentiën) vitriol besi, yang kadang mengandung banyak vitriol tembaga, belerang kasar, dan pada beberapa celah dan lubang pada batuan kuarsa terdapat bubuk penghasil jelaga yang banyak menyimpan tembaga, di samping besi sulfat, mangan dan jejak-jejak kobalt. Pirit tembaga dan pirit besi muncul sebagai kombinasi porfiri bersama kuarsa. Di sejumlah titik, bijih tembaga dan bijih besi paling mendominasi. Besi magnet yang ditemukan di kawasan ini berwarna hitam kebiruan, ada yang padu ada berbentuk butiran serta sangat murni, meski ditemukan di pinggir sungai. Keberadaan mineral-mineral ini membuat Huguenin menyimpulkan ada urat mineral cukup menguntungkan di sekitaran, dan memang satu sudah terdeteksi olehnya.

Sebagai kesimpulan, Huguenin mengatakan potensi mineral khususnya tembaga di sekitaran Paninggahan cukup lumayan. Luasnya kawasan bebatuan sabak klorit dan syenit, posisi sebagian besar urat di atas permukaan sungai, melimpahnya kayu sebagai bahan bakar dan tersedianya aliran air sebagai pembangkit energi merupakan faktor-faktor penguat saat itu. Namun, perlunya proses peleburan rumit yang harus mendatangkan para profesional dari Eropa yang tentu butuh gaji besar, jauhnya lokasi transportasi dari Padang dan belum dideteksinya ada urat-urat lain membuat Huguenin tak memberi saran kuat untuk tambang tembaga di sekitaran.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini
pekanbaru