Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Foto Novelia Musda
×

Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Bagikan opini
Ilustrasi Survey Tembaga oleh Belanda di Paninggahan

Sudah jadi ciri khas orang-orang Belanda saat itu yang tidak mau menyerah melihat ada potensi mineral untuk dieksploitasi di wilayah yang dikuasainya. Belanda kemudian menugaskan pakar-pakar ilmu tambang lainnya untuk menindaklanjuti potensi tembaga Paninggahan ini. Setelah Huguenin, insinyur tambang P. Van Dijk melakukan survey dengan tempat dan tema sama pada kurun 1859-1860. C. J. Van Schelle yang kemudian melanjutkan survey ini pada 1874 atas instruksi pemerintah Hindia Belanda memberi deskripsi paling lengkap, melampirkan dua peta geologi, satu profil dan lima sketsa.

Kajian C.J. van Schelle dimuat dalam jurnal tambang Hindia Belanda Jaarboek van het Mijnwezen in Nederlandsch Oost-Indië, tahun ke-enam (1877), Bagian Pertama, halaman 3 s.d. 21 dengan judul Verslag No. 9: Over het Voorkomen van Ijzer- en Kopererts bij het dorp Paninggahan, XX Kotta’s (Laporan No. 9: Perihal Bijih Besi dan Tembaga di Kampung Paninggahan, XX Kota). Berbekal survey-survey sebelumnya, di tulisan ini sang geolog memberi petunjuk lebih rinci, salah satunya lokasi lembah temuan deposit. Massa bijih berada 2.250 meter dari kampung Paninggahan di tepian sebelah kiri sungai Paninggahan. Lebar sungai di dekat jurang ini 15 sampai 20 meter serta berarus deras. Dari informasi yang diperoleh van Schelle di sana dulu sering penduduk asli menemukan bongkah-bongkah tembaga. Namun, cerita ini menurutnya terlalu berlebihan.

Setelah memberi deskripsi geognostis kawasan Paninggahan, van Schelle lanjut ke deskripsi massa bijih yang ditemukan di sana serta menghadirkan sejumlah konklusi. Di pinggir kanan dan kiri sungai Paninggahan dalam lapisan tanah liat klorit memang ada sejumlah deposit bijih, tapi ukurannya tidak signifikan. Bijih yang ada di kawasan ini lebih banyak bijih besi, tembaga hanya pada celah-celah yang dekat dengan sarang kuarsa dan sama sekali bukan unsur utama seluruh masa bijih. Walau van Schelle mengakui belum tahu dari mana asal persis beberapa bongkah terpisah bijih tembaga yang ditemukan di sana, dia percaya tak ada urat mineral signifikan di sini seperti diduga oleh Huguenin sebelumnya. Dengan kesimpulan ini, sang geolog tidak merekomendasikan tambang bijih tembaga di Paninggahan. Dengan kata lain, penambangan skala besar ala Belanda dianggap tidak menguntungkan dari berbagai faktor meskipun memang ada banyak tembaga dan juga besi di sana.

Meski tidak jadi eksplorasi tembaga di Paninggahan di masa Hindia Belanda, survey demi survey bijih mineral lebih dari 150 tahun lalu ini belum tentu memberi kesimpulan yang sama di zaman dengan teknologi tambang serba canggih sekarang ini. Dan seandainya pun dengan kesimpulan yang sama, deposit bijih mineral di kawasan ini masih sangat menarik untuk kepentingan ilmiah. Ditemukannya tembaga di sisi barat dan juga timur Danau Singkarak di masa lalu membuktikan bahwa tidak hanya air danaunya saja yang mengundang minat untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi, tanah-tanah sekitaran pun ternyata memiliki mineral-mineral berharga. (*)

Bagikan

Opini lainnya
Terkini
pekanbaru