Etika didefinisikan sebagai ilmu yang membahas tentang apa yang baik dan buruk, serta hak dan kewajiban moral atau akhlak (KBBI). Namun, makna etika tidak sekadar wacana normatif, melainkan juga menyentuh aspek hak yang berkaitan dengan orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Hum., etika pada hakikatnya adalah hak—hak yang bukan hanya melekat pada individu, tetapi juga berkelindan dengan hak orang lain.
Dalam perspektif ini, etika bukan sekadar urusan pribadi, melainkan permasalahan yang mencakup ranah mikro dan makro, mulai dari lingkup keluarga, masyarakat, hingga skala berbangsa, bernegara, dan bahkan global. Kata kunci dari etika adalah kepedulian sosial, yakni kesadaran untuk mengakui, menghormati, dan menjaga hak sesama dalam kehidupan bersama.
Sebagai makhluk sosial (social animal), manusia memiliki naluri untuk hidup dalam kebersamaan dan membangun peradaban. Namun, perbedaan fundamental antara manusia dan hewan terletak pada cara mempertahankan eksistensi: manusia membangun sistem sosial yang berlandaskan kepedulian dan kerja sama, sementara hewan cenderung bertahan hidup dengan saling menghabisi sesamanya.
Oleh karena itu, kepedulian sosial bukan sekadar aspek tambahan dalam kehidupan manusia, melainkan esensi dari eksistensinya. Dengan kata lain, etika adalah inti dari kemanusiaan itu sendiri. Inilah yang membedakan manusia dari hewan—keberadaan etika yang menjadi fondasi dalam membangun peradaban.
Etika Manusia Indonesia
Etika manusia tidak dapat dipisahkan dari kearifan lokal tempat ia hidup. Bagi bangsa Indonesia, kearifan lokal yang telah berkembang selama berabad-abad telah membentuk nilai-nilai luhur yang menjadi identitas nasional. Para pendiri bangsa memahami betul pentingnya nilai-nilai ini, yang kemudian dirumuskan menjadi falsafah negara. Pancasila bukan sekadar dasar negara, tetapi juga pedoman etis yang menuntun karakter dan jati diri bangsa.Jika nilai-nilai luhur ini terus ditegakkan secara konsisten, bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi bangsa yang unggul di pentas sejarah. Keyakinan ini mungkin terdengar idealis, tetapi fakta sejarah membuktikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang memiliki daya tahan luar biasa dalam menghadapi berbagai tantangan. Di tengah perubahan zaman, kekuatan bangsa ini terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi tanpa kehilangan akar budayanya.
Dengan kembali kepada nilai-nilai Pancasila, Indonesia dapat terus membangun peradaban yang adil, beradab, dan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Dalam semangat kekeluargaan, setiap tantangan sosial dapat diselesaikan melalui musyawarah dan gotong royong—dua prinsip utama yang telah menjadi warisan kebijaksanaan bangsa. Jika prinsip ini terus dijaga, Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu menjadi teladan bagi dunia dalam menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis dan berkeadilan.
Etika Manusia dalam Perspektif Islam
Sayyidah Aisyah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: