Jalan Syekh Ibrahim Musa, Sigando, Padang Panjang, memikul beban berat. Nama ulama besar dari Parabek dan pendiri Thawalib itu, dilekatkan sebagai namanya. Di sanalah berdiri SMA 1 Sumatera Barat (Sumbar). Dengan demikian di kota dingin ini, ada banyak sekolah harapan masa depan; SMA 1 Sumbar, SAM 1 Padang Panjang, Kauman Muhammadiyah, Thawalib dan Diniyyah Puteri. Sekolah ini dirintas oleh Gubernur Zainal Bakar dan dibangun penggantinya, Gamawan Fauzi pada 2011. Duo gubernur yang risau akan daerah yang mereka pimpin.
Kepala SMA 1 Sumbar, ibu guru, Surya Netti kepada Singgalang, Minggu (23/3/2025) menyebutkan, visi lembaga pendidikan yang ia pimpin, “Unggul dalam Imtaq dan Iptek serta Berwawasan Lingkungan.” Pemerintah, setidaknya sebagaimana diharapkan gubernur, menggantungkan harapan pada sekolah ini, untuk menjemput kejayaan masa lalu, dengan bukti tokoh-tokoh bangsa. Dalam ungkapan Minang sangat populer disebut, “mambangkik batang tarandam”
Makanya, disusun pola ajar yang maksimal. Tujuannya, kata Netti, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini, mesti dimulai dengan kompetensi guru yang sesuai. Maka, para guru selalu mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi secara rutin setiap tahun. Seperti apa kegiatan itu? Lokakarya, In House Training (IHT), pelatihan kandidat sekolah rujukan google, guru penggerak serta lainnya. Untuk perekrutan guru dilakukan dinas pendidikan dan tes pemetaan untuk semua guru dan pegawai.
Guru yang gagap teknologi, tak ada di sini. Yang ada terampil untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran, seperti penggunaan aplikasi pendidikan, aplikasi google, media interaktif dan inovatif. Seolah gampang, tapi menyita waktu dan mereka bisa. Pada gilirannya, memang tak bisa dielakkan, apa yang disebut “studi tiru,” ke daerah lain. Dalam diam, kemudian sekolah ini terus melangkah ke depan. Juga mengikuti berbagai ajang lomba.
Peserta didik, camar yang terbang menyisik hujan, itu tak lelah berkelana ke laut ilmu pengetahuan. Mereka dipersiapkan untuk masuk PTN, melalui sistem penerimaan apapun itu, baik di dalam maupun kampus-kampus keren di luar negeri. Ujian itu, melalui Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), nama dan sebutan yang asing bagi generasi jauh ke belakang. Tapi, ini urusan anak muda, bukan urusan Anda yang gaek-gaek seperti saya.
Untuk semua ini, SMA 1 Sumbar, melakukan persiapan sejak anak didik duduk di kelas XI atau kelas dua, sebutan masa lampau. Duduk di tingkat ini, bukan hanya mulai serius belajar tapi juga sedang mekar, yang semerbak juga ada. Cinta melupakan dinding-dinding kelas, itulah cinta masa SMA, yang tak bisa diulang, namun itu urusan yang sudah merasakannya sajalah.
Di fase ini, anak didik di SMA 1 Sumbar saat jam pelajaran terkait, menerima pemantapan materi yang sering muncul. Guru, melakukan strategi pengerjaan soal dan melakukan simulasi ujian secara rutin. Itulah try out untuk mengukur kesiapan siswa dan memberikan pengalaman ujian. Pada kelas di atasnya dilakukan bimbel setiap Sabtu dan Ahad. Tak puas sampai di sana, murid diajak mengunjungi kampus favorit, berikut kampus yang datang ke sekolah itu, guna memperkenalkan perguruan tingginya. Biasanya ini terjadi pada Januari sampai Februari, setiap tahun.Menurut Kepsek Netti, pihak sekolah juga meminta alumni untuk datang, membekali adik-adiknya. Tak hanya bekal yang dapat, tentu ya ndak. Lalu pada malam nan dingin, sebagaimana Padang Panjang sejak pukul 8 sampai pukul 10, terjadi tutorial teman sebaya dengan kelompok belajar sesuai mata pelajaran. Aktivitas malam ini membuat daya pikir, kritis dan hilangnya hambatan dalam memberikan pendapat. Muncul keberanian. Tentu saja ini merupakan awal dari debat itu. Bekal tadi, dikunci dengan menghadirkan guru tamu. Siapa saja? Antara lain praktisi dan itu berlangsung pekan keempat tiap bulannya.
Pengembangan karakter
-------------------------------