Mudahnya Menjadi Calon Penghuni Surga*

Foto Catatan Cak AT
×

Mudahnya Menjadi Calon Penghuni Surga*

Bagikan opini
Ilustrasi Mudahnya Menjadi Calon Penghuni Surga*

Yang Abdullah lihat hanya kata-katanya yang selalu baik. Ia semakin penasaran. "Apa rahasianya?" Akhirnya, pada hari ketiga, ia pun bertanya langsung. "Wahai saudaraku, terus-terang aku tidak benar-benar bertengkar dengan ayahku atau aku harus pergi."

"Aku datang ke sini hanya ingin mengetahui rahasiamu. Sebab, Rasulullah menyebut akan datang ahli surga sampai tiga kali, dan yang selalu datang adalah engkau, tapi aku tak melihat engkau melakukan ibadah luar biasa. Apa amalanmu yang istimewa?"

Lelaki Anshar itu tersenyum kecil, lalu berkata, "Aku tidak memiliki amalan lebih dari apa yang telah kau lihat." Jawabannya singkat namun masih menyisakan tanda-tanya. Lalu ia melanjutkan: "Hanya saja, aku selalu membersihkan hatiku dari kebencian dan iri kepada siapa pun di antara kaum Muslimin."

Saat mendengar kisah ini, dua ribu jamaah di Pancoran serempak terdiam. Ada yang menunduk, ada yang mengangguk pelan. Betapa sulitnya amalan itu! Yang melaksanakan shalat fardhu lima waktu mungkin dengan berjamaah tentu banyak. Mereka yang berpuasa Senin-Kamis bisa jadi banyak. Yang rutin tahajud mungkin juga ada.

Tapi, berapa banyak dari jamaah shalat Idul Fitri tersebut yang bisa memastikan hati mereka bersih dari dengki, dari rasa iri melihat tetangga beli mobil baru, atau teman seangkatan punya jabatan tinggi? Dengki dan iri hati terjadi ketika kita tidak suka atau bahkan berniat merusak capaian yang diperoleh orang lain.

Ustadz Fauzan tersenyum, melihat bagaimana cerita ini meresap ke dalam hati para pendengarnya. Ia paham, mereka tak beranjak dari tempat duduk meskipun mulai diterpa sinar matahari. “Jamaah sekalian, sungguh luar biasa bagaimana surga bukan hanya milik mereka yang banyak amal, tapi juga mereka yang bersih hati,” tuturnya.

Dan begitulah, pagi Idul Fitri itu, di antara gema takbir yang masih menggema di kejauhan, kisah sederhana dari zaman Nabi kembali menghidupkan semangat dua ribu jamaah. Mungkin mereka pulang bukan hanya dengan semangat menyantap ketupat opor, tapi juga tekad baru: untuk senantiasa punya hati yang lebih bersih, sebagaimana diupayakan lelaki Anshar itu, tiga belas abad yang lalu.

*Cak AT - Ahmadie Thaha*

_Ma'had Tadabbur al-Qur'an, 1/4/2025_

Bagikan

Opini lainnya
Terkini