Pertanyaan lebih lanjut, bagaimana Sumatera Barat dengan pandangan geopolitik Soekarno tersebut dapat secepatnya mengejar ketertinggalannya dan bergerak progresif bagi kamajuan bangsa? Intermezo, pertanyaan reflektif, mengapa dalam alam penjajahan belanda, lahir begitu banyak tokoh nasional dari Sumatera Barat, dan di alam kemerdekaan nampak menurun? Apakah hal tersebut berkaitan dengan sistem pendidikan, pengajaran dan perubahan budaya?Geopolitik Ketahanan Nasional
Teori geopolitik Soekarno menempatkan peran penting demografi, teritorial, politik, militer, sumber daya alam, koeksistensi damai, dan sains-teknologi, sebagai tujuh variabel geopolitik Soekarno. Tujuh variable geopolitik ini diabdikan pada kepentingan nasional Indonesia.Berdasarkan hasil uji empirik tujuh variabel tsb berdasarkan pengaruhnya dapat disusun model persamaan teori geopolitik Soekarno: PGC=0.175 DEM 0.178 TER 0.110 SDA 0.165 MIL 0.292 POL 0.136 KOE 0.200 TEK. Artinya politik, sains dan teknologi, teritorial dan demografi menempati peran penting dan signifikan dibandingkan militer, koeksistensi damai, dan sumber daya alam. Sedangkan relevansinya terhadap pertahanan negara dapat digambarkan dengan persamaan: PERT = 0.095 DEM 0.180 TER 0.244 POL 0.105 SDA 0.019 MIL 0.115 KOE 0.513 TEK 0.513 KEP.
Variabel politik mencakup indikator ideologi, hukum dan diplomasi. Sedangkan variable sains & teknologi mencakup indikator pendidikan, city of intellect dan pendidikan dasar. Dengan melihat persamaan teori geopolitik Soekarno tersebut, maka politik, dalam hal ini diplomasi luar negeri, dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi menjadi faktor paling dominan bagi upaya mewujudkan kepentingan nasional Indonesia. Demikian halnya terhadap pertahanan negara. Intermezo: kepeloporan KH Agus Salim dalam menggalang dukungan Timur Tengah bagi kemerdekaan Indonesia.Kepentingan nasional Indonesia merupakan suatu pernyataan strategis, berkaitan dengan skala prioritas terpenting di dalam menjabarkan tujuan bernegara, ke dalam skala prioritas kepentingan nasional dalam periode waktu tertentu, dalam dialektikanya dengan persoalan global. Upaya membangun pengaruh terkuat di Samudera Hindia misalnya, dapat menjadi rumusan pernyataan kepentingan nasional Indonesia. Demikian halnya, mewujudkan kedaulatan pangan dan energi bagi terwujudnya pilar ekonomi yang berdiri di atas kaki sendiri, dapat menjadi kepentingan nasional Indonesia. Intermezo: Diplomasi damai atas konflik Rusia-Ukraina dapat menjadi daya leverage bagi Indonesia untuk membangun kedaulatan energi dan memperkuat kekuatan pertahanan negara.
Hubungan antara pemikiran geopolitik Indonesia dengan ketahanan nasional, tidak terlepas dari kepeloporan Bung Karno yang mendirikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) pada tanggal 20 Mei 1965. Ketahanan nasional merupakan keuletan, dan daya tahan suatu bangsa yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala ancaman baik yang berasal dari luar maupun dari dalam, yang secara langsung atau tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia.Berdasarkan teori geopolitik Soekarno, dapat dibuktikan bagaimana variabel demografi, teritorial, politik, militer, sumber daya alam, koeksistensi damai, dan sains-teknologi, menjadi instrument of national power yang berperan penting bagi ketahanan nasional Indonesia. Instrument of national power itulah yang harus dibangun, didayagunakan, dan diuji efektivitasnya. Intermeze perang Rusia-Ukraina. Rusia menggunakan kekuatan energi, pangan, dan juga demografi, teritorial, dan teknologi.
Dalam perspektif itu, peran kepemimpinan nasional sangatlah penting. Pemimpin nasional harus memiliki pemahaman terhadap geopolitik Indonesia. Memiliki cara pandang outward looking. Kemampuan untuk bertindak keluar inilah pada masa setelah Bung Karno nampak meredup. Sementara fakta historis menunjukkan bagaimana bangsa Indonesia pada tahun 1960-an misalnya, begitu percaya diri dan berani membela kemerdekaan Aldjazair di PBB. Dalam pidatonya di PBB misalnya, Menteri Luar Negeri Subandrio atas nama Presiden Republik Indonesia menegaskan sikapnya: “In Algeria, the colonial war has entered its seventh year. The people of Algeria are fighting for their freedom and independence, and will continue the fight until victory is theirs. This is a reality that France must accept. Certainly, for our part, we will not rest untiul this crimibal bloodshed and terror, perpetrated to preserve the old, established order, are halted. We will continue to give our support to the provisional government of Algeria, as well as all possible aid. We pray only that victory will be their soon”, (Subandrio, 1961). Betapa hebatnya sikap Indonesia. Penuh percaya diri, dan karenanya diperhitungkan di dunia internasional. Intermezo: Tekanan Fanuatu, Amerika Serikat, Singapur dan Tiongkok terhadap IndonesiaSaya tidak bermaksud untuk bernostalgia pada masa lalu. Namun, dengan berbagai contoh di atas, nampak adanya “rasa percaya diri” bangsa yang begitu besar dan ditunjukkan oleh pemimpin nasionalnya. Bukankah hal itu sesuatu yang membanggakan, sehingga seorang filsuf dari Inggris, Betrand Russel mengatakan Bung Karno sebagai “one of the biggest thinkers from the east”.
Atas perjuangan Bangsa Indonesia, bangsa-bangsa Asia, Afrika seperti Maroko, Tunisa, Sudan, Aldjazair, merdeka karena campur tangan Indonesia, Bahkan ketika Pakistan berjuang melawan Inggris, Indonesia mengirimkan angkatan perangnya. Atas upayanya tersebut, pada tahun 1965, Bung Karno mendapat gelar sebagai “Pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa islam” melalui Konferensi Islam Asia Afrika.Spirit kepemimpinan Indonesia sebagai bangsa besar di tengah dunia juga ditunjukkan oleh Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri. Ketika mengutuk aksi sepihak Amerika Serikat terhadap Irak, dan menegaskan bahwa agar persoalan terorisme karena ketidak adilan masalah Palestina.
Kepemimpinan Indonesia di tengah dunia di masa Presiden Jokowi juga tampak dalam doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia yang menempatkan wilayah kelautan sebagai halaman depan dan merubah paradigma pembangunan menjadi Indonesia sentris.Geopolitik Indonesia mengandung spirit Indonesia sebagai taman sari dunia. Indonesia begitu bangga dengan prestasi pasangan ganda putri Greysia Polli dan Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2021 yang berhasil mematahkan hegemoni Cina. Inilah kepemimpinan di bidang olah raga. Dalam bidang search and rescue, BASARNAS Indonesia juga mendapat prestasi tingkat dunia menjadi yang terbaik, mengungguli negara-negara maju seperti Kanada, Amerika dan Tiongkok. Dari bidang perkebunan, Indonesia menjadi penghasil minyak kelapa sawit terbesar dunia; produsen karet terbesar nomor dua dunia; dan produksi ekspor kakao yang menduduki peringkat ketiga terbesar dunia.Menggali pemikiran geopolitik Bung Karno dan Bung Hatta, dengan demikian berkaitan dengan kepemimpinan Indonesia bagi dunia.Dalam peta geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, Samudera Hindia menjadi pusat pertarungan hegemoni negara-negara maju. Amerika Serikat menancapkan kukunya dengan membangun 13 pangkalan militer mereka. Bahkan Amerika, Selandia Baru dan Autralia telah membentuk Pakta Keamanan ANZUS. Begitu pula dengan Inggris, Australia, Malaysia dan Singapura yang telah membentuk aliansi pertahanan dengan disepakatinya Five Power Defence Arrangement (FPDA). Berbagai aliansi pertahanan telah dibentuk seperti Quadrilateral Security Dialogue (QUAD) yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang untuk membendung pengaruh dan kekuatan Tiongkok.
Bagi India, Samudera Hindia dipandang sebagai jalur transportasi yang sangat. Di kawasan Samudera Hindia terjadi proliferasi berbagai persenjataan konvensional hingga senjata nuklir berlalu lalang. Konflik antarnegara di kawasan ini juga masih banyak yang belum terselesaikan. Bagi Tiongkok, kawasan ini juga sangat penting dengan menjadikan Myanmar sebagai pintu gerbang kepentingan Tiongkok di Samudera Hindia.Dari perspektif geoekonomi, Samudera Hindia merupakan kawasan dimana 70 persen jalur perdagangan dunia berada. Di kawasan ini menjadi jalur utama minyak dan gas bumi. Dengan demikian, Samudera Hindia secara geopolitik, geostrategi dan geoekonomi sangatlah penting bagi kepentingan nasional Indonesia. Karena itulah Sumatera Barat harus dikembangkan dalam cara pandang geopolitik.
Muara teori pemikiran geopolitik Soekarno terhadap ketahanan nasional di Sumatera Barat harus dilihat sebagai upaya membangun wilayah ini dalam cara pandang geopolitik.Guna mewujudkan hal tersebut, nilai-nilai yang hidup sebagai bagian dari strategic culture seperti Tigo Tungku Sajarangan, sangatlah penting untuk yang membangun keunggulan dengan bertindak keluar. Dalam strategic culture ini, tokoh agama, tokoh adat, dan para cendekiawan, memiliki peran yang sederajat dan sangat penting penting bagi kemajuan peradaban.